KitabTa'lim Muta'alim di karang oleh syeikh Al Zarnuji. Syeikh al-Zarnuji, penulis kitab Ta'lim al-Muta'allim Thariq al-Ta'allum, menekankan aspek nilai adab, baik adab batiniyah maupun adab lahiriyah, dalam pembelajaran. Kitab Ta'lim Muta'alim ini mengajarkan bahwa, pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan
This study discusses the analysis of the book translation of the book Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah. The book is one of the santri moslem student reference books to support students' understanding of the pesantren Islamic boarding school curriculum which uses the yellow book in their learning. The yellow book uses Arabic, so the translation of the book becomes very important. The focus of this research lies in the pattern of translation errors and justification of translations in accordance with the rules of Arabic and Indonesian dealing with lexicon, syntax and semantics. This qualitative research method uses an applied linguistic approach that focuses on error analysis. The primary data source in this research is the book translation of Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah, while the secondary data used in the study is a documentation technique by studying books and literacy that discusses the technique of translating properly and correctly according to structural , semantic and precise in terms of terminology. The results showed, including Errors in the preparation of sentences in the target language, errors in the use of sentence effectiveness, errors in translating vocabulary, errors in aspects of omission or not translating aspects of vocabulary, phrases and sentences and errors in translating foreign terms. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 365 BUKU TERJEMAH KITAB TA’LIMU AL-MUTA’LIM; ANALISIS TEKS TERJEMAHAN ARAB-INDONESIA Umi Choirun Nisak UIN Sunan Ampel Surabaya Umichoirunnisakshohih Mirwan Akhmad Taufiq UIN Sunan Ampel Surabaya mirwan Abstract This study discusses the analysis of the book translation of the book Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah. The book is one of the santri moslem student reference books to support students' understanding of the pesantren Islamic boarding school curriculum which uses the yellow book in their learning. The yellow book uses Arabic, so the translation of the book becomes very important. The focus of this research lies in the pattern of translation errors and justification of translations in accordance with the rules of Arabic and Indonesian dealing with lexicon, syntax and semantics. This qualitative research method uses an applied linguistic approach that focuses on error analysis. The primary data source in this research is the book translation of Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah, while the secondary data used in the study is a documentation technique by studying books and literacy that discusses the technique of translating properly and correctly according to structural , semantic and precise in terms of terminology. The results showed, including Errors in the preparation of sentences in the target language, errors in the use of sentence effectiveness, errors in translating vocabulary, errors in aspects of omission or not translating aspects of vocabulary, phrases and sentences and errors in translating foreign terms. Keywords Error analysis, Book translation, Arabic-Indonesian translation. Abstrak Penelitian ini membahas analisis buku terjemahan kitab ta’lim muta’allim cetakan al-Hidayah. Buku tersebut adalah salah satu buku acuan santri sebagai penunjang pemahaman santri terhadap kurikulum pesantren yang banyak menggunakan kitab kuning dalam pembelajarannya. Kitab kuning itu menggunakan bahasa Arab, maka buku terjemah menjadi sangat penting fungsinya. Fokus penelitian ini terletak pada pola kesalahan terjemah dan pembenaran terjemah sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan Indonesia sesuai leksikon, sintaksis maupun semantiknya. Metode penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan linguistik terapan yang berfokus pada analisis kesalahan. Sumber data primer dalam penelitian adalah buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian merupakan teknik dokumentasi dengan mengkaji buku-buku dan literasi yang membahas tentang teknik menerjemah secara baik dan benar menurut struktural, semantis serta tepat dalam aspek peristilahan. Hasil penelitian LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 366 menunjukkan adanya kesalahan, antara lain Kesalahan penyusunan kalimat pada bahasa sasaran, kesalahan dalam penggunaan efektifitas kalimat, kesalahan penerjemahan kosakata, kesalahan pada aspek penghilangan atau tidak diterjemahkannya aspek kosakata, frasa dan kalimat serta kesalahan dalam menerjemahkan istilah asing. Kata kunci Analisis kesalahan, Buku terjemah, Terjemah Arab-Indonesia. Pendahuluan Tradisi keilmuan pesantren berbeda dengan tradisi keilmuan pada lembaga pendidikan Islam lain, seperti madrasah dan sekolah. Ciri utama pembeda pesantren dengan pendidikan Islam lain adalah kurikulum pembelajaran kitab-kitab klasik kitab kuning kepada para kitab kuning itu diterapkan sebagai rujukan utama dalam menggali keilmuan Islam dan bahasa Arab. Posisi buku terjemah sebagai penunjang itu dianggap penting untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan oleh para musannifin penulis kitab. Maka, kejelian interpretasi pesan dalam setiap kalimat sangat penting pada efektifitas yang perlu dan mendesak dalam menerjemahkan bahasa sumber BSu ke bahasa sasaran BSa adalah pemilihan kata diksi, yakni mencari dan memilih kata, istilah atau ungkapan dalam Bsa yang tepat, cermat, dan selaras. Pikiran, gagasan dan pengalaman yang baik, namun tidak didukung dengan penggunaan kalimat yang efektif, maka pemaparan pesan dalam Bsu tidak akan bisa dipahami pembaca dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan penerjemah adalah proses pemahaman makna sebuah teks, karena tanpa pemahaman makna yang tepat, jelas dan wajar dari Bsu, maka tidak akan memberikan pemahaman maksimal terhadap terjemah kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah terdiri dari tiga belas bab, runtut seperti kitab aslinya dan disertakan teks Arab asli redaksi kitab ta’lim al-muta’allim karya al-syaikh al-Zarnuji untuk mengantarkan pelajar memahami padanan kata, istilah atau ungkapan antara Bsu dan Bsa. Buku terjemah kitab ta’lim al-muta’allim yang dalam redaksi Indonesia berjudul “Pedoman Belajar Bagi Pelajar dan Santri” tersebut diterjemahkan oleh Noor Aufa Shiddiq al-Qudsy, disunting oleh H. Ainul Ghoerry Soechaimi dengan editor Prima Sahala Graphic Design Surabaya tanpa keterangan tahun dan nomor urutan cetak, kemudian diterbitkan oleh al-Hidayah Surabaya. Kholis Tohir, Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi Di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang Provinsi Banten’, Jurnal Analytica Islamica, 2017, p. 12. Rofiudin, Analisis Terhadap Terjemahan Buku Ta’limal Muta’alim Karya Syaikh Al-Zarnuzi, p. 2. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Jakarta Akademika Pressindo, 2004, p. 25. Rofiudin, Analisis Terhadap Terjemahan ..., p. 2. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 367 Berdasarkan analisis awal terhadap buku terjemah kitab ta’lim muta’allim cetakan al-Hidayah, didapatkan metode terjemah kata demi kata secara harfiyah kata per kata dengan penggunaan tanda baca yang kurang tepat dalam penulisannya, misal pada teks  yang diterjemah dengan redaksi “ketahuilah.. sesungguhnya orang Islam itu tidak wajib mengetahui semua ilmu secara wajib ain. Akan tetapi yang diwajibkan bagi orang Islam adalah mencari ilmu yang berhubungan dengan keperluan manusia dalam kehidupan”. Kata  yang diterjemah mencari dan mengetahui kurang tepat dalam pemilihan kata diksi, karena kata  yang disandingkan dengan kata  menurut KBBI merupakan frasa yang berarti menuntut ilmu bukan mencari ilmu. Adapun mengenai penggunaan tanda baca pada kalimat “... secara wajib ain. Akan tetapi ...” termasuk kalimat majemuk setara yang menggunakan kata hubung tetapi. Penggunaan tanda titik . setelah kata “ain” tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang seharusnya menggunakan tanda koma , sebagai penghubung kalimat setara pertama dengan kalimat setara buku terjemah kitab ta’lim muta’allim cetakan al-hidayah masih ditemukan kurang tepatnya diksi serta penulisan yang menyalahi kaidah-kaidah kebahasaindonesiaan dalam melakukan terjemah. Terkait dengan fungsi buku terjemah sebagai acuan penunjang pemahaman pelajar terhadap pesan yang disampaikan dalam kitab yang berbahasa Arab, maka seharusnya menghindari kesalahan penulisan dan kekurangtepatan diksi yang mungkin mengakibatkan kurang jelasnya pesan untuk dipaham ataupun kebingungan pelajar dalam memahami maksud penerjemah. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memandang perlunya dilakukan kajian khusus terkait analisis buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah itu. Latar belakang masalah tersebut mengarahkan peneliti untuk melakukan penelitian yang bertitik pada permasalahan ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah. Adapun masalah pokok yang akan dikaji yaitu 1 Bagaimana bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-hidayah? 2 Bagaimana upaya pembenaran tashwib terhadap bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah? Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4th edn Jakarta Balai Pustaka, 2007, p. 148. Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia Bandung Angkasa, 1984, p. 23. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 368 Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah serta melakukan upaya pembenaran tashwib terhadap bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah tersebut. Penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam upaya pembenaran tashwib terhadap bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan itu, juga diharapkan dapat diterima oleh seluruh pelajar yang mempelajari buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah sebagai penunjang untuk memahami pesan kitab ta’lim al-muta’allim karya al-Zarnuji. Adanya manfaat praktis tersebut, diharapkan juga bagi penerbit al-Hidayah untuk kedepannya agar merevisi buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim tersebut, sehingga diksi dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah penerjemahan dan penulisan kebahasaindonesiaan yang baik dan benar. Berdasarkan pemaparan tersebut, ditemukan beberapa penelitian dengan tema serupa dan bahasan yang relevan dengan tema penelitian ini; Lalah Alawiyah melaporkan penelitian berjudul Analisis Terjemahan Teks Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Penelitian tersebut membahas tentang strategi penerjemahan teks akademik bahasa Indonesia ke bahasa Arab dalam aspek struktural, semantis dan ketepatannya dalam aspek lain berjudul Analisa Kesalahan dalam Penerjemahan Kitab al-Balaghah al-Wadihah, Karya Ali al-Jarim dan Mustafa Amin. Maka, fokus penelitian ini adalah analisis penelitian tersebut memiliki kesamaan tema yaitu analisis penerjemahan tapi berbeda pada objek yang diteliti. Objek penelitian pertama adalah teks akademik mahasiswa dan objek penelitian kedua adalah kitab al-Balaghah al-Wadihah karya Ali al-Jarim dan Mustafa Amin, sedangkan penelitian yang akan penulis teliti merupakan penelitian pada buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-hidayah. Kitab ini juga sudah diteliti oleh beberapa akademisi dari sudut pandang berbeda. Zamhari mengaitkan kitab ini N. Lalah Alawiyah, Ahmad Royani, and Mukhshon Nawawi, ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB’, Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban, 2016, p. 1 . Faiq Ainurrafiq, ANALISA KESALAHAN DALAM PENERJEMAHAN KITAB AL-BALAGAH AL-WADIHAH KARYA ALI AL-JARIM DAN MUSTAFA AMIN’, Cendekia Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 2015, p. 35 . LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 369 dengan pendidikan pembentukan karekter. Muzammil membahas kitab ini sebagai peran pengembangan kurikulum Penelitian Penelitian buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah berupa penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan linguistik terapan dan berfokus pada analisis bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan. Sumber data primer dalam penelitian adalah buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian merupakan teknik dokumentasi dengan mengkaji buku-buku dan literasi yang membahas tentang teknik menerjemah secara baik dan benar menurut struktural, semantis serta tepat dalam aspek peristilahan. Artinya penelitian dilakukan dengan pengumpulan data-data kepustakaan berdasarkan teknik dokumentasi. Metode analisis data pada penelitian termasuk metode analisis isi content analysis, yakni metode penelitian yang menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks. Analisis Terjemahan Menerjemah adalah proses pengalihan pesan yang tertulis dalam redaksi bahasa sumber ke dalam redaksi bahasa sasaran atau bahasa target. Proses pengalihan pesan dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan memilih padanan fungsi maupun kategori sintaksis yang sesuai dengan bahasa sasaran. Moeliono berpendapat bahwa fungsi sintaksis mengacu pada tugas dari sebuah unsur kalimat, karena tugas sebuah unsur dari kalimat berkaitan dengan fungsional antar komponen dalam sebuah klausa. Fungsi sintaksis mencakup subjek, predikat, objek dan pelengkap, sedangkan terkait kategori sintaksis meliputi nomina, adjektiva, verba, pronominal, numeralia dan kata sarana. Penerjemah yang tidak memperhatikan proses penerjemahan dengan baik dan benar akan menyebabkan munculnya problematika penerjemahan. Benny Hoed menegaskan bahwa problem pokok penerjemahan ialah sulitnya menemukan padanan. Kalaupun padanan telah ditemukan, setiap unsur bahasa yang dipadankan masih bisa dan mungkin untuk terwujud dalam berbagai bentuk penafsiran. Nida berpendapat bahwa terdapat dua jenis padanan dalam penerjemahan, yaitu padanan formal dan Muhammad Zamhari and Ulfa Masamah, RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN MODERN’, Edukasia Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2017 . Muzammil, PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Telaah Relevansi Konsep Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim’, Ta`Limuna Jurnal Pendidikan Islam, 2012 . M Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia Bandung Remaja Rosda Karya, 2011, p. 29. Benny Hoed, “Penelitian di Bidang Penerjemahan”, Makalah Lokakarya Penelitian PPM STBA LIA, 2003,. p. 2. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 370 padanan dinamis. Padanan formal berfokus pada pesan, baik yang terkait dengan bentuk maupun isi, sedangkan padanan dinamis padanan fungsional merupakan bentuk kesepadanan efek, yakni hubungan antara bahasa penerima dan pesannya secara subtansial harus sama dengan bahasa sumber beserta pesannya. Padanan atau ekuivalen adalah makna yang sangat berdekatan. Kemudian disusul pernyataan untuk menguatkan oleh Kridalaksana bahwa penerjemahan adalah pengalihan amanat antar budaya dan/atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan maksud, bentuk atau efek yang seoptimal mungkin untuk dipertahankan. Benar adanya jika dikatakan bahwa masalah utama dalam penerjemahan adalah sulitnya menemukan padanan leksikal, gramatikal dan kultural antara dua bahasa. Walaupun padanan telah ditemukan, namun masih ada kemungkinan bahwa setiap unsur bahasa yang dipadankan dapat ditafsirkan ke berbagai bentuk lagi. Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka proses menerjemahkan berarti; 1 Mengkaji leksikon, struktur gramatika, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2 Menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya; 3 Mengungkapkan kembali makna yang sepadan dengan menggunakan leksikon, struktur gramatika dan konteks budaya dalam bahasa padanan dalam penerjemahan meliputi; kata, struktur kalimat, istilah, tata bahasa dan kiasan. Adapun Baker membedakan lima tipe padanan, yaitu padanan pada tataran kata, padanan di atas tataran kata, padanan gramatikal, padanan tekstual dan padanan pragmatik. Pakar lain, Popovic membedakan empat tipe padanan, yaitu padanan linguistik, padanan paradigmatik, padanan stilistik dan padanan tekstual sintagmatik.Ahmad Izzan menyebutkan lima permasalahan linguistik yang dihadapi penerjemah ketika melakukan penerjemahan guna mendapatkan padanan yang sesuai, yaitu a Kosakata al-Mufradat Kesulitan kosakata tidak jarang karena pengetahuan tentang bahasa yang sangat terbatas atau kata-kata yang mengandung pengertian yang belum pernah diketahui Eugine A and Taber Nida, The Theory and Practice of Translation Leiden E. J. Brill, 1982, p. 47. Benny Hoed, “Penelitian di Bidang Penerjemahan..., hal 31 Benny Hoed, “Penelitian di Bidang Penerjemahan..., hal 32 Nur Rahman Hanafi, Teori Dan Seni Menerjemahkan Flores Nusa Indah, 1986, pp. 35–39. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003, p. 94. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 371 sebelumnya. Terkait masalah tersebut dapat diatasi dengan menyediakan kamus-kamus standar yang berisi kosakata lengkap dan baku. b Tata Kalimat al-Qawaid Tidak sedikit ditemukan penerjemah yang merasa masih bingung sekalipun telah cukup penguasaannya dalam teori-teori al-qawaid. Misal dalam menentukan fa’il, fi’il dan maf’ul secara kompleks dalam kalimat major jumlah al-kubra yang tersusun atas beberapa kalimat. Kesulitan tersebut bisa diatasi dengan kontinuitas dalam usaha menguasai al-qawaid sharf, nahw dan balaghah baik secara teoretis maupun praktis. c Masalah Susunan Kalimat al-Tarkib Penerjemah tidak dapat menerjemahkan secara urut kata demi kata dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia begitu saja, tetapi harus meletakkan kata-kata dalam kerangka konteks keseluruhan unit terkait susunan kata-kata bahasa Arab yang berbeda dengan susunan kata-kata dalam bahasa Indonesia, bahkan kadang berbalikan dengan susunan kata bahasa Indonesia. Masalah tersebut dapat diatasi dengan berusaha mengetahui susunan kalimat bahasa Arab sebagai hal-hal yang kompleks karena tidak ada persamaan dengan susunan dalam bahasa Indonesia. d Transliterasi Kesulitan transliterasi, terutama berkenaan dengan nama orang dan kota. Kesulitan tersebut bisa diatasi dengan berusaha secara intensif untuk menguasai dua bahasa, yakni bahasa sumber dan bahasa sasaran. Hingga sekarang masih sulit ditemukan referensi-referensi khusus yang membahas pola-pola baku transliterasi dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia ataupun sebaliknya, maka hal tersebut yang menyebabkan sulitnya penerjemahan pemula ketika hendak menerjemah kata-kata asing yang telah terbentuk dalam redaksi bahasa arab atau bahasa Indonesia. e Perkembangan Bahasa Perkembangan ilmu dan sains adalah penentu berkembangnya bahasa, seperti tentang kata, istilah atau ungkapan yang sebelumnya tidak ada dalam bahasa Arab. Kesenjangan tersebut dapat diatasi dengan mencari dan mengikuti perkembangan bahasa, terutama mengenai istilah-istilah yang sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Penerjemah sebagai seorang dwibahasawan atau multibahasawan mungkin untuk mengasosiasikan dan mengidentifikasikan bahasa sumber dengan bahasa penerima sehingga timbullah gejala interferensi, baik dalam aspek bunyi, struktur maupun leksikon. Gejala tersebut menimbulkan struktur kalimat yang tidak gramatis, kesalahan pemakaian tanda baca dan pemakaian bentuk kata yang kurang tepat. Hal tersebut menyebabkan kesalahan pembaca dalam memahami terjemahan. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Bandung Humaniora, 2007, p. 216. Izzan, p. 150. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 372 Minimnya gramatikal pada hasil terjemahan yang disebabkan karena interferensi secara terperinci tampak dalam kategori berikut 1 terjemahan yang tidak gramatis karena kesalahan urutan kata atau kelompok kata dalam kalimat, klausa atau frasa. 2 terjemahan yang tidak gramatis karena mengandung unsur yang tidak diperlukan. 3 terjemahan yang tidak gramatis karena kerumitan struktur nash sumber. 4 terjemahan yang tidak gramatis karena adanya ungkapan yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia. 5 terjemahan yang menimbulkan salah faham. 6 terjemahan yang tidak gramatis karena kesalahan bentuk kata. Khairon Nahdiyin mengklasifikasi kategori kesalahan dalam penerjemahan sebagai berikut 1 kesalahan pada aspek penerjemahan kosakata. 2 kesalahan pada aspek gramatika. 3 kesalahan pada aspek idiomatik. 4 kesalahan pada aspek ekspresional. 5 kesalahan pada aspek aspek penghilangan Penelitian dan Pembahasan Buku Terjemahan Kitab Ta’lim Muta’allim Cetakan Al-Hidayah Buku terjemahan kitab Ta’lim Muta’allim cetakan al-Hidayah merupakan salah satu buku acuan santri untuk membantu pemahaman terhadap kurikulum pesantren yang banyak menggunakan kitab kuning berbahasa Arab dalam pembelajaran. Berdasarkan judul buku, maka pembahasan dan kajian yang tersaji di dalamnya juga sama persis terkait susunan bab serta syair-syair yang disertakan sebagai pengukuh pernyataan-pernyataan. Buku tersebut memuat tiga belas bab, yaitu ilmu dan fiqih; niat ketika akan belajar; memilih ilmu, guru dan teman; memuliakan ilmu beserta ahlinya; kesungguhan, ketetapan dan cita-cita yang tinggi; permulaan, ukuran dan tertib dalam belajar; tawakal; waktu menghasilkan ilmu; belas kasih dan nasihat; mencari faedah; wira’i menjaga diri dari perkara haram ketika mencari ilmu; sesuatu yang dapat menjadikan hafal dan lupa; sesuatu yang memudahkan dan menyempitkan rezeki, memperpanjang dan mengurangi umur. Buku terjemah cetakan al-Hidayah tersebut ditulis oleh Noor Aufa Shiddiq Al-Qudsy berdasarkan hasil terjemahannya terhadap kitab Ta’lim Muta’allim karya Syaikh Burhan al-Islam al-Zarnuji, disunting oleh H. Ainul Ghoerry Soechaimi dengan setting Prima Sahala Graphic Design Surabaya yang kemudian dicetak oleh al-Hidayah dengan ukuran sampul 20,5cm x 14cm diberi judul “Pedoman Belajar Bagi Pelajar dan Santri” tanpa menyebutkan tahun. Sampul buku terjemah kitab itu bagian depan berwarna putih dan abu-abu, bagian atas tertulis nama pengarang kitab Syaikh al-Zarnuji disusul tulisan “tarjamah ta’lim al-muta’allim” berbahasa arab, kemudian terdapat judul buku serta bagian paling bawah diisi dengan nama penerbit al-Hidayah; penerbit buku berkualitas Surabaya. Pada sampul bagian dalam tertulis nama pengarang kitab, judul buku, nama penerjemah Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia Teori Dan Praktek Bandung Humaniora, 2005, p. 151. Khairon Nahdiyin, Sejumlah Kesalahan Dalam Menerjemah’, Adabiyyat, 2006, p. 197. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 373 dan nama penerbit. Adapun sampul belakang full berwarna coklat tanpa ada keterangan Kesalahan dan Pembenarannya Bentuk pertama;     Mencari ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan Mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan. Pada kaidah umum menerjemah bahasa Arab ke bahasa Indonesia dijelaskan bahwa penerjemah harus mengikuti pola yang berlaku dalam bahasa Indonesia BSa bukan terpaku pada pola bahasa Arab bahasa sumber. Terdapat beberapa macam pola penyusunan kalimat dalam bahasa Indonesia, yaitu 1 Pola subjek dan predikat SP, 2 Pola subjek, predikat dan objek SPO, 3 Pola subjek, predikat, objek dan pelengkap SPOPel, 4 Pola subjek, predikat, objek dan keterangan SPOK. Pada terjemahan di atas, penerjemah menggunakan pola kedua, SPO dalam bentuk pasif, OPS. Maka, terjemah itu berbunyi dalam bahasa Indonesia, “Mencari ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Padahal, jika diamati dengan seksama, pola Bsu itu bisa diterjemahkan kepada Bsa dengan bentuk pertama, SP. Maka, terjemah itu akan berbunyi “Mencari ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”, cukup dengan pola Subjek dan Predikat. Sebab kata Fari>dhah itu kata sifat, bukan kata kerja pasif. Dapat disimpulkan, bahwa ketidaktepatan dalam pemilihan kata yang diterjemahkan itu dapat berdampak pada pemahaman pembaca yang berbeda, sebab kata “wajib” dan “diwajibkan” tentu berbeda dalam memahaminya. Pertama, kata wajib tidak terkait dengan waktu tertentu. Namun kata kedua itu terkait dengan waktu kapan itu diwajibkan. Bentuk kedua; Selanjutnya, bagi pelajar hendaknya meletakkan niat selama dalam Kemudian, pelajar harus memiliki menata niat selama Noor Aufa Shiddiq Al-Qudsy, Pedoman Belajar Pelajar Dan Santri Terjemah Kitab Al-Ta’lim Al-Muta’allim Karya Al-Syaikh Al-Zarnuji Surabaya Al-Hidayah. Al-Zarnuji, Al-Ta’lim Al-Muta’allim Surabaya Al-Miftah, p. 3. Al-Qudsy, p. 1. Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, Fungsi, Katagori Dan Peran Bandung Refika Aditama, 2007, p. 30. Al-Zarnuji, p. 3. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 374 Penerjemahan kata  dengan arti selanjutnya kurang tepat, karena kata ganti “nya” digunakan ketika sudah ada kata yang telah disebutkan sebelumnya. Padahal kata tersebut terletak di permulaan teks yang tidak didahului satu katapun sebelumnya. Maka, untuk menghindari kata se+lanjut+nya ditemukan alternatif terjemahan yang lebih tepat yaitu; kemudian. Pada redaksi  tidak tepat jika diterjemahkan dengan “meletakkan”, walaupun redaksi ini dapat dipahami namun masih kurang tepat. Jika dianalisa, frasa itu dapat diterjemahkan dengan “harus memiliki menata niat”. Frasa “lam” pada frasa di atas memiliki makna kepemilikin li al-milki. Kemudian, redaksi “memiliki niat” itu relatif tidak dapat difahami dengan pasti, maka penerjemah harus menambahkan tanda kurung dengan kata “menata”. Sebab dalam budaya bahasa Indonesia tidak ditemukan memiliki niat, tapi menata niat. Terdapat penerjemahan janggal juga pada frasa     yang diterjemahkan dengan redaksi selama dalam belajar’ dalam bahasa Indonesia. Isim zaman atau frasa adverbia waktu dalam bahasa Indonesia adalah kata keterangan waktu yang menjelaskan verba, adjektiva atau adverbia lain, namun frasa tersebut dalam buku terjemahan diterjemahkan dengan redaksi selama dalam’ yang berarti frasa adverbia tempat, maka semestinya terjemah dari frasa  diterjemah menggunakan redaksi selama masa’, sehingga lebih mudah dipahami dan sesuai dengan fungsi statusnya dalam kalimat yaitu sebagai keterangan waktu yang menjelaskan verba  . Demikian bentuk kesalahan pada data nomor dua adalah penggunaan kosakata yang kurang tepat dalam konteks kalimat serta penambahan kata yang seharusnya tidak perlu diterjemahkan. Maka alternatif terjemahan dapat menggunakan redaksi Kemudian, pelajar harus memiliki menata niat selama masa belajar’. Bentuk ketiga; Al-Qudsy, p. 10. Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka dkk, Adjektiva Dan Adverbia Dalam Bahasa Indonesia Jakarta PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, 2000, p. 6. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 375    Syekh Ja’far Shadiq berkata kepada Sufyan Syaikh Ja’far al-S{a>diq berkata kepada Sufya>n al-Sawri. Teks BSu tersebut menyebutkan nama ulama’ Arab yang tidak mungkin untuk diterjemah. Maka alternatif yang mungkin untuk dilakukan adalah transliterasi dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Tertulis kata “syekh” pada kalimat terjemahan sebagai wujud aliterasi dan gelar yang berarti pemimpin, tetua atau bangsawan di Jazirah Arab. Kata “syekh” dapat ditulis “shaikh”, “sheik”, “shaykh” atau “sheikh”,namun kata  menurut pedoman transliterasi Menag dan Mendikbud RI dapat ditransliterasikan menjadi Syaikh, begitupun mengenai kata Shadiq serta Sufyan Ats-Tsauri yang dapat ditransliterasi menjadi al-S{a>diq dan juga Sufyaan al-S bahwa ketidaktepatan penerjemahan pada kalimat nomor tiga terletak pada transliterasi nama tokoh yang tidak sesuai dengan kaidah baku yang berlaku dalam bahasa sasaran, karena transliterasi tersebut belum mengikuti kaidah atas perkembangan bahasa dan kebahasaan. Bentuk keempat;  .Aku tahu bahwa hak seorang guru itu harus diindahkan melebihi segala hak. Dan lebih wajib dijaga oleh setiap orang Islam Sebagai balasan memuliakan guru, amat pantaslah jika beliau diberi seribu dirham, meskipun hanya mengajarkan satu Saya berpandangan bahwa prioritas imbalan penghargaan itu diberikan kepada pengajar, dan itu wajib dijaga oleh setiap muslim. Sungguh,penghormatan dengan seribu dirham itu sangat pantas, walaupun hanya mengajar satu kalimat. Al-Zarnuji, p. 14. Al-Qudsy, p. 19. Pedoman Transliterasi arab Latin hasil keputusan bersama SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987 Al-Qudsy, p. 25. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 376 Teks tersebut berupa syair yang identik dengan makna idiomatik sebagai wujud keestetikannya. Penerjemah menerjemahkan syair menggunakan redaksi di atas. Kata “h}ak” pada kalimat tersebut diterjemah dengan kata hak dalam bahasa Indonesia. Penerjemah pada kasus tersebut menerjemahkan kata “h}ak” secara harfiah tanpa merubah sedikitpun kecuali hanya memindahkan kata dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Kata hak dalam bahasa Indonesia mengacu pada hak yang berarti hak pendapatan. Guna memperjelas makna, maka sebaiknya penerjemah menyederhanakan kata tersebut dengan padanan yang sesuai dengan tuntutan teks sumber yang digali dari konteks kalimatnya, yakni kata hak imbalan. Adapun kata h}ifdon yang diterjemah dengan kata dijaga’, selainnya juga berarti memelihara’, melindungi’ atau menghafal’. Berdasarkan posisinya, maka makna kata h}ifdon hendaknya mengacu pada bait sebelumnya yang menjelaskan hak imbalan. Dengan demikian, terjemah itu sudah tepat dengan kata “dijaga”. Pada bait pertama, tepatnya pada frasa aku tau dari terjemahan kata “raiatu ah}qqa” dapat disederhanakan menjadi “saya berpandangan”, karena kata itu sudah mewakili teks “raiatu ah}qqa” yang diterjemah dengan frasa aku tau. Berdasarkan analisa teks dan idiomatik pemahaman syair dapat diterjemahkan dengan “Saya berpandangan bahwa prioritas imbalan penghargaan itu diberikan kepada pengajar, dan itu wajib dijaga oleh setiap muslim. Sungguh,penghormatan dengan seribu dirham itu sangat pantas, walaupun hanya mengajar satu kalimat.” Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya ketidaktepatan penerjemahan teks yang terletak pada aspek padanan terkait efektifitas penerjemahan kalimat. Bentuk kelima;      Orang yang mempunyai ilmu itu dapat dikatakan hidup secara terus-menerus abadi dan langgeng, meskipun tulang rusuknya sudah busuk dan hancur di bawah Orang berilmu bagai hidup abadi sepeninggalnya, bahkan setelah tulang rusuknya hancur ditimbun tanah. Teks ah}u al-ilmi yang diterjemahkan dengan redaksi orang yang mempunyai ilmu’ dirasa kurang efektif. Dalam bahasa Indonesia dijelaskan bahwa salah satu makna Suharsono dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Semarang Widyakarya, 2005 hal 195. Burhan al-Islam Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum Beirut al-Maktab al-Islami, 1981, p. 95. Al-Qudsy, p. 47. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 377 awalan ber- menunjukkan arti mempunyai atau memiliki, maka untuk menjaga kaidah BSa diredaksikan menjadi “orang yang berilmu”. Begitupun kata dapat dikatakan’ juga dapat disederhanakan sesuai kaidah kebahasaindonesiaan dengan kata bagai’ agar susunan kalimat tetap terjaga dan lebih memudahkan dalam pemahaman pembaca. Terdapat penerjemahan kata yang janggal pada teks tersebut, yakni penerjemahan kata khalidun yang diterjemahkan dengan kata secara terus-menerus abadi dan langgeng dalam bahasa Indonesia, sementara ketiga kata yaitu secara terus menerus, abadi serta langgeng semuanya adalah sinonim yang mempunyai satu arti yakni tidak pernah sirna, tetapi masing-masing mempunyai nilai rasa yang berbeda, maka hendaknya penerjemah memilih satu kata yang paling tepat dan sesuai dengan konteks kalimat dalam menerjemah. Ditinjau dari segi konteks kalimat, adjektiva yang lazim untuk mensifati kata hidup adalah abadi. Jadi alternatif terjemah teredaksi menjadi hidup abadi’. Pada teks sumber terdapat kata bakda mawtihi> penerjemah tidak menerjemahkannya, mungkin penerjemah menganggap kalimat tersebut tidak terlalu penting. Menurut M Tata Taufik terjemah hendaknya memindahkan makna dari seluruh teks aslinya, namun tidak lupa juga hal-hal yang menyangkut sesuatu yang tertulis dalam teks asli. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa sebaiknya seorang penerjemah menerjemahkan semua teks yang tertulis pada naskah sumbernya, khususnya kata yang mengandung informasi dan berpengaruh dalam makna konteks kalimat. Maka kata tersebut berdasarkan konteksnya dapat diterjemahkan dengan kata sepeninggalnya’. Adapun pada penerjemahan kata rami>m yang diterjemahkan dengan kata sudah busuk dan hancur’. Penerjemah menerjemah dua kali berturut-turut, yakni sudah busuk dan hancur, sehingga hasil terjemahan kalimat tah}ta al-tura>bi rami>m menjadi sudah busuk dan hancur di bawah tanah’, padahal sebenarnya penerjemah cukup menerjemah kata rami>m dengan kata hancur’,maka dalam penerjemahan tersebut terjadilah pemborosan kata yang menjadikan hasil terjemah tidak efektif, sedangkan kata tah}ta al-tura>bi memang benar bila diterjemah dengan kata di bawah tanah, namun ditinjau dari segi konteks kalimat, kata tersebut terlalu literlek dan kurang tepat karena fungsi kata tah}ta al-tura>bi dalam konteks kalimat menjelaskan sebab Mustakim, Bentuk Dan Pilihan Kata Jakarta Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, p. 79. M Tata Taufik, Terjemah Dari Teori Ke Praktik Kuningan Pustaka al-Ikhlas, 2001, p. 37. Raja Fahd ibn’ Abd al Aziz al Sa’ud, Al-Quran Dan Terjemahnya Saudi Arabiyah Malik al-Mamlakah, 1971, p. 714. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 378 dari tulang rusuk yang hancur, yakni karena dikubur atau dengan kata lain ditimbun dengan tanah, maka alternatif terjemah yang tepat untuk menjaga keefektifannya adalah ditimbun’. Sebenarnya, kurang tepat dalam penerjemahan dapat ditemukan istilah-istilah kedua bahasa itu dalam konsep Arabic for Specific Purpose, terutama istilah-istilah Arab-Indonesia pada bidang pendidikan Islam di Indonesia. Demikian bentuk kesalahan pada data nomor lima adalah ketidaktepatan penerjemahan dalam konteks, pemborosan kata yang seharusnya tidak perlu ditulis dalam redaksi kalimat terjemahan serta penghilangan terjemah kata yang berpengaruh dalam konteks kalimat. Maka alternatif terjemahan dapat diganti dengan redaksi Orang berilmu bagai hidup abadi sepeninggalnya, bahkan setelah tulang rusuknya hancur ditimbun tanah’. Kesimpulan Analisis buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah menunjukkan adanya beberapa kesalahan dalam penerjemahan, berdasarkan contoh-contoh yang telah dipaparkan ditemukan kesalahan-kesalahan antara lain Kesalahan penyusunan kalimat pada bahasa sasaran terkait dengan urutan posisi kalimat; kesalahan dalam penggunaan efektifitas kalimat meliputi menerjemahkan teks yang tidak perlu diterjemah maupun sebaliknya dan pengulangan kata yang telah disebutkan; kesalahan penerjemahan kosakata meliputi pemilihan padanan kata yang kurang tepat dan ketidaktepatan penerjemahan idiom; kesalahan pada aspek penghilangan atau tidak diterjemahkannya aspek kosakata, frasa dan kalimat serta kesalahan dalam menerjemahkan istilah asing. Pembenaran kesalahan-kesalahan dilakukan dengan menggunakan leksikon, sintaksis dan semantik yang sesuai dengan bentuk kesalahan-kesalahan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, yakni mencakup masalah kosakata al-Mufradat, tata kalimat al-Qawaid, susunan kalimat al-Tarkib, transliterasi dan perkembangan bahasa. Kesalahan-kesalahan dibenarkan dengan menggali makna konteks berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku pada bahasa sumber bahasa Arab kemudian mengukur kesesuaian pengalihan makna hasil terjemah terkait aspek leksikon, sintaksis maupun semantik berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku pada bahasa sasaran bahasa Indonesia. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dihimbau bagi penerjemah bahwa kesabaran dan ketelitian merupakan modal yang sangat dibutuhkan karena menerjemah bukanlah pekerjaan yang mudah dan bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Bila buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim hendak diterbitkan kembali, alangkah lebih baik Mirwan Akhmad Taufiq, ’, Arabia, 2018 . LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 379 bila penerbit dan editor meneliti kembali serta melakukan revisi-revisi terkait beberapa penerjemahan yang kurang tepat sehingga pesan atau makna yang disuguhkan lebih mudah diterima dan dipahami oleh pembaca. DAFTAR PUSTAKA Ainurrafiq, Faiq, ANALISA KESALAHAN DALAM PENERJEMAHAN KITAB AL-BALAGAH AL-WADIHAH KARYA ALI AL-JARIM DAN MUSTAFA AMIN’, Cendekia Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 2015 Al-Qudsy, Noor Aufa Shiddiq, Pedoman Belajar Pelajar Dan Santri Terjemah Kitab Al-Ta’lim Al-Muta’allim Karya Al-Syaikh Al-Zarnuji Surabaya Al-Hidayah Al-Zarnuji, Al-Ta’lim Al-Muta’allim Surabaya Al-Miftah Al-Zarnuji, Burhan al-Islam, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum Beirut al-Maktab al-Islami, 1981 Alawiyah, N. Lalah, Ahmad Royani, and Mukhshon Nawawi, ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB’, Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban, 2016 Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4th edn Jakarta Balai Pustaka, 2007 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia Bandung Angkasa, 1984 Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, Fungsi, Katagori Dan Peran Bandung Refika Aditama, 2007 Izzan, Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Bandung Humaniora, 2007 Kholis Tohir, Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi Di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang Provinsi Banten’, Jurnal Analytica Islamica, 2017 M Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia Bandung Remaja Rosda Karya, 2011 Mustakim, Bentuk Dan Pilihan Kata Jakarta Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014 Muzammil, PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Telaah Relevansi Konsep Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim’, Ta`Limuna Jurnal Pendidikan LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 380 Islam, 2012 Nababan, Rudolf, Teori Menerjemah Bahasa Inggris Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003 Nahdiyin, Khairon, Sejumlah Kesalahan Dalam Menerjemah’, Adabiyyat, 2006 Nida, Eugine A and Taber, The Theory and Practice of Translation Leiden E. J. Brill, 1982 Nur Rahman Hanafi, Teori Dan Seni Menerjemahkan Flores Nusa Indah, 1986 Sa’ud, Raja Fahd ibn’ Abd al Aziz al, Al-Quran Dan Terjemahnya Saudi Arabiyah Malik al-Mamlakah, 1971 Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka dkk, Adjektiva Dan Adverbia Dalam Bahasa Indonesia Jakarta PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, 2000 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia Teori Dan Praktek Bandung Humaniora, 2005 Taufik, M Tata, Terjemah Dari Teori Ke Praktik Kuningan Pustaka al-Ikhlas, 2001 Taufiq, Mirwan Akhmad,  ’, Arabia, 2018 Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Jakarta Akademika Pressindo, 2004 Zamhari, Muhammad, and Ulfa Masamah, RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN MODERN’, Edukasia Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2017 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this AinurrafiqAinurrafiq, Faiq, 'ANALISA KESALAHAN DALAM PENERJEMAHAN KITAB AL-BALAGAH AL-WADIHAH KARYA ALI AL-JARIM DAN MUSTAFA AMIN', Cendekia Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 2015 N AlawiyahAhmad LalahMukhshon Royanianalisis Terjemahan Teks Akademik Mahasiswa Program NawawiStudiArabiyat Bahasa ArabAlawiyah, N. Lalah, Ahmad Royani, and Mukhshon Nawawi, 'ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB', Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban, 2016 Kamus Besar Bahasa IndonesiaNasional Departement PendidikanDepartement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4th edn Jakarta Balai Pustaka, 2007Henry Guntur TariganHenry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia Bandung Angkasa, 1984Alfarisi M ZakaM Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia Bandung Remaja Rosda Karya, 2011pengembangan Kurikulum Pendidikan MuzammilIslamMuzammil, 'PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Telaah Relevansi Konsep Pendidikan Dalam Kitab Ta'lim Muta'alim', Ta`Limuna Jurnal Pendidikan Islam, 2012 Rudolf NababanNababan, Rudolf, Teori Menerjemah Bahasa Inggris Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003 Nahdiyin, Khairon, 'Sejumlah Kesalahan Dalam Menerjemah', Adabiyyat, 2006Muhammad ZamhariUlfa Masamahrelevansi Metode Pembentukan Pendidikan Karakter Dalam Kitab Ta'lim Al-Muta'allim Terhadap Dunia Pendidikan ModernZamhari, Muhammad, and Ulfa Masamah, 'RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB TA'LIM AL-MUTA'ALLIM TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN MODERN', Edukasia Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2017
Ta'lim Al-Muta'alim Thariq Al-Ta'allum by Imam Al-Zarnuzy. This research is a literature s tudy research that is a research Konsep Adab Pendidikan Islam KH .
Download Ta’lim Muta’alim Kitab Ta’limul Muta’allim تعليم المتعلم merupakan salah satu kitab yang cukup populer di kalangan pesantren, bahkan menjadi kitab yang hampir dipastikan selalu menjadi kitab yang wajib ada dan wajib dikaji di pesantren. Selain karena bahasanya yang cukup ringan, kitab yang dikarang oleh Al-Imam Burhanuddin Az-Zarnuji atau lebih sering dikenal dengan sebutan Syekh Zarnuji ini penuh dengan nilai-nilai yang penuh hikmah bagi siapapun yang mempelajari kitab ini, khususnya bagi mereka yang sedang berada dalam fase thalabul ilmi atau mencari ilmu. Berikut ini 13 pasal atau bab yang terkandung dalam kitab Ta’lim Muta’allim Pertama, menerangkan hakikat ilmu, hukum mencari ilmu, dan keutamaannya. Kedua, niat dalam mencari ilmu. Ketiga, cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunan. Keempat, cara menghormati ilmu dan guru. Kelima, kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhur. Download Juga Download Kitab Ihya’ Ulumuddin Keenam, ukuran dan urutannya. Ketujuh, tawakal. Kedelapan, waktu belajar ilmu. Kesembilan, saling mengasihi dan saling menasehati. Kesepuluh, mencari tambahan ilmu pengetahuan. Kesebelas, bersikap wara’ ketika menuntut ilmu. Keduabelas, hal-hal yang dapat menguatkan hafalan dan yang melemahkannya. Ketigabelas, hal-hal yang mempermudah datangnya rezeki, hal-hal yang menghambat datangnya rezeki, Hal-hal yang dapat memperpanjang dan mengurangi umur. Judul Ta’limul Muta’alim Versi Arab Asli Sinopsis Kitab Yang Mempelajari Akhlak Menuntut Ilmu Penulis Burhan al-Islam al-Zarnuji Format File PDF Download Ta’limul Muta’alim Tentang Kitab Ta’lim Muta’alim Kitab Ta’limul Muta’allim merupakan salah satu kitab tentang pendidikan yang dikarang oleh seorang ulama bernama Syekh Burhanuddin al-Islam Al-Zarnuji, seorang ulama yang hidup di pertengahan masa Daulah Abbasyiyah. Secara historis, belum ada keterangan yang valid berkenaan kapan beliau dilahirkan, sementara untuk waktu wafatnya, para peneliti berbeda pendapat, ada yang mengatakan syekh al-Zarnuji wafat pada tahun 1195 M, dan ada yang mengatakan tahun 1243 M. Namun yang jelas, Imam al-Zarnuji hidup pada masa-masa keemasan Islam, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan di masanya, tidak sejalan dengan konidisi akhlak / etika peserta didik Tholibul Ilm, Murid, Siswa. Hal inilah, yang menjadi salah satu faktor utama, beliau menyusun sebuah kitab yang menjelaskan tentang etika-etika seorang murid, siswa, orang yang mencari ilmu, dengan nama Kitab Ta’limul Muta’allim. Demikianlah ulasan tentang Download Ta’lim Muta’alim Navigasi pos
Talim Muta'allim - Bab 3 - Memilih Ilmu, Guru, Teman, dan Tabah ‫.فصل‬ Kitab ini saya beri nama Ta'limul Muta'alim Thariqatta'allum. Yang terdiri dari tiga belas pasal. ilmu, mustahil bisa Bila maksudnya, bagai komandan pasukan kuda Dengarkan dulu, sedikit saja dikte buatmu Cuma ringkasan, kemulyaan ilmu yang aku tahu Ia cahaya

Terjemah Kitab Ta'lim Muta'alim Doc. Download dengan tombol di bawah. Ilmu adalah sangat penting karena ia sebagai sarana Kitab Tanbihul Muta'allim Pdf Download Terjemah Kitab PDF from terdiri dari tiga belas pasal Download kitab ta’limul muta’alim word dan pdf. Ilmu adalah sangat penting karena ia sebagai sarana Kitab Ta’lim Muta’alim Menuntut Ilmu Wajib Bagi Setiap Orang Tanpa Ada Batasan Waktu, Baik Itu Ilmu Agama Maupun Ilmu terjemah kitab ta'limul muta'alim terjemah kitab ta'lim muta'alim. Kamu dan kaf khitab mu ia juga jangan memanggil dengan namanya. Ilmu agama merupakan akar dari berbagai macam Yang Mempelajari Akhlak Menuntut ingin memiliki kitab makna pesantren lainnya, dalam bentuk pdf, anda bisa kunjungi toko فصل فى النية فى حال التعلم fasal tentang niat dalam mencari ilmu. Download dengan tombol di Kitab Ta Lim Muta daftar isi adabul alim wal muta allim. Itu tadi buku ta’limul muta’alim yang versi terjemahan bahasa indonesia, selanjutnya silahkan download yang versi tulisan bahasa arab. Semoga aplikasi ini bermanfaat bagi kita Opernah Diketahui Secara Pasti Kitab Ta'lim Muta'allim Ini Masuk Ke Negeri muta’allim “تعليم المتعلّم” judul Kitab ta’lim muta’alim dan terjemah. Andai kita gambarkan ilmu itu seperti sebuah bangunan rumah, maka ilmu Busana Muslim Doa Dan Wirid Hikmah Internasional Khutbah Konsultasi Syariah Kumpulan Kitab Lirik Nu Ramadhan Terjemah Tips Blogger Tokoh bagi anda yang ingin mendapatkan dan mempelajari kitab ini, berikut ini kami bagikan dua versi sekaligus, yang dapat anda download secara gratis Bab 1 babul awalawal, dalam bab ini menguraikan tentang keutamaan mempelajari dan mengajarkan ilmu serta keutamaan sebuah ilmu dan seorang ulama. Kitab ini saya beri nama ta’limul muta’alim thariqatta’allum. kitab mutaalim talim terjemah

1. Syekh Burhanuddin Az Zarnuji KITAB TA'LIMUL MUTA'ALLIM THORIQOT TA'ALLUM (PETUNJUK BAGI PARA PENUNTUT ILMU TENTANG METODE BELAJAR) 2. MATERI 1. Hakekat ilmu, hukum menuntu ilmu, dan keutamaannya 2. Niat dalam belajar 3. Memilih ilmu, guru, teman, dan tentang ketabahan 4. Penghormatan terhadap ilmu dan ulama' 5. PENGANTAR Kitab TA’LIM MUTA’ALIM THARIQAT TA’LIM, yang disusun dan di karang oleh Syekh Az-Zarnuji, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Noor Aufa Shiddiq Al-Qudsy denga judul buku PEDOMAN BELAJAR BAGI PELAJAR DAN SANTRI, merupakan kitab wajib di ajarkan di pondok pesantren berbasis salafi dan modern, dan merupakan kitab dan acuan sekaligus bimbingan bagi seorang penuntut ilmu agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dirinya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sebagaimana kitab suci Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman bagi umat islam. Dalam buku/kitab ini terdapat banyak sekali petunjuk – petunjuk bagi seorang penuntut ilmu, seperti halnya memilih guru dan teman yang akan dijadikan seorang guru dan teman untuk berdiskusi dan mencari solusi dalam permasalahan yang ada dalam masyarakat, cara memuliakan ilmu dan shohibul ilmi dan masih banyak hal – hal yang berhubungan tentang hak dan kewajiban penuntut ilmu. Sebagaimana syair di bawah ini tentang bagaimana mencari seorang guru, Beliau mengatakan لا تصحب الكسلان فى حالاته كم صالح بفساد اخر يفسد Yang artinya “Janganlah engkau bergaul dengan seorang yang pemalas, banyak orang yang baik lantaran bergaul dengan orang yang rusak tingkah lakunya, akhirnya ia menjadi rusak.” DAFTAR ISI Judul PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………….. i DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………. ii RESUME KITAB TA`LIMUL MUTA`ALIM ………………………………………………………… 1 PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………….. 22 RESUME KITAB TA`LIM MUTA`ALIM 1. PENGERTIAN ILMU DAN FIQIH SERTA KEUTAMAANNYA. A. Kewajiban Belajar Rasulullah saw bersabda “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Sehingga ada yang berkata, “Ilmu yang paling utama ialah ilmu Hal. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku.” Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama islam. B. Keutamaan Ilmu Tidak seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa dimiliki binatang. Dengan ilmu pengetahuan. Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara sarana untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.” Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh. C. Belajar Ilmu Akhlaq Setiap orang islam juga wajib mengetahui/mempelajari akhlak yang terpuji dan yang tercela, seperti watak murah hati, kikir, penakut, pemberani, merendah diri, congkak, menjaga diri dari keburukan, israf berlebihan, bakhil terlalu hemat dan sebagainya. Sifat sombong, kikir, penakut, israf hukumnya haram. Dan tidak mungkin bisa terhindar dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria sifat-sifat tersebut serta mengetahui cara menghilangkannya. Oleh karena itu orang islam wajib mengetahuinya. D. Ilmu Yang Fardu Kifayah dan Yang Haram dipelajari. Dikatakan bahwa mengetahui/mempelajari amalan ibadah yang hukumnya fardhu ain itu ibarat makanan yang di butuhkan setiap orang. Sedangkan mempelajari amalan yang hukumnya fardhu kifayah, itu ibarat obat, yang mana tidak dibutuhkan oleh setiap orang, dan penggunaannya pun pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan mempelajari ilmu nujum itu hukumnya haram, karena ia diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan. Dan mempelajari ilmu nujum itu hanyalah sia-sia belaka, karena ia tidak bisa menyelamatkan seseorang dari taqdir Tuhan. Boleh mempelajari ilmu nujum ilmu falaq untuk mengetahui arah kiblat, dan waktu-waktu shalat. Boleh pula mempelajari ilmu kedokteran, karena ia merupakan usaha penyembuhan yang tidak ada hubungannya dengan sihir, jimat, tenung dan Nabi juga pernah berobat. E. Definisi Ilmu. Ilmu ditafsiri dengan Sifat yang dimiliki seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya. Ujar Abu Hanifah Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan di sini berarti meninggalkan orientasi demi akhirat. 2. NIAT DI WAKTU BELAJAR A. Niat Belajar Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda nabi saw Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya” Hadits shahih. Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits ”Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia namun karena bagus niatnya maka menjadi bagian amal akhirat. Adapula amal perbuatan yang terlihat amal akhirat lalu menjadi amal dunia yang karena buruk niat.” B. Niatan Baik dan Buruk. Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain. C. Kelezatan dan Hikmah Ilmu. Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia. Penuntut ilmu hendaknya memperhatikan apa yang tersebut diatas. Ia telah mengatasi kepayahan yang cukup banyak, maka jangan sampai ilmu yang telah ia peroleh itu digunakan sarana bendahara duniawi yang hina, sedikit nilainya dan segera hancur ini. D. Pantangan Ahli ilmu Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus ke dalam lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Ia supaya berbuat tawadu’ sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati, berbuat iffah, yang keterangan lebih jauhya bisa kita dapati dalam kitab akhlaq. E. Saran Khusus Buat pelajar Sebaiknya pelajar bisa mendapatkan buku wasiat tulisan Abu Hanifah yang tadinya untuk Yusuf Bin Khalid As-Simty waktu pulang kembali ketengah-tengah keluarganya. Dan buku ini bisa didapatkan oleh yang mau mencarinya. 3. MEMILIH ILMU, GURU,TEMANDAN KETABAHAN BERILMU A. Syarat-syarat Ilmu Yang Dipilih. Hendaknya lebih dahulu mempelajari ilmu tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taklid sekalipun menurut pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal dalam masalah ini. Hendaknya pula memiluh ilmi-ilmu yang kuna, bukan yang baru lahir. Banyak ulama berkata “Tekunilah ilmu kuna, bukan yang baru saja ada.” Awas, jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur setelah habisnya ualama besar, sebab menjurus untuk menjauhkan pelajar dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia dengan tanpa guna, menumbuhkan sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan. B. Syarat-syarat Guru Yang dipilih Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, waro’ dan juga lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada tuan Hammad Bin Abu Sulaiman. C. Bermusyawarah Seharusnyapelajar suka bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi. demikian, karena Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw. Agar memusyawarahkan segala halnya. Toh tiada orang lain yang lebih pintar dari beliau, dan masih diperintahkan musyawarah, hingga urusan-urusan rumah tangga beliau sendiri. Menuntut ilmu adalah perkara paling mulya, tetapi juga paling sulit. Karena itulah, musyawarah disi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya. D. Sabar dan Tabah Dalam Belajar Ketahuilah! Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam segala hal, tetapi jarang yang bisa melakukan. Sebagaimana syaiir dikatakan Segala sesuatau, maunya tinggi yang di tuju Tapi jarang, hati tabah di emban orang Ada dikatakan “Keberanian ialah sabar sejenak.” Maka sebaiknya pelajar mempunyai hati tabah dan sabar dalam belajar kepada sang guru, dalam mempelajari suatu, jangan sampai ditinggalkan sebelum sempurna dipelajari, dalam satu bidang ilmu jangan sampai berpindah bidang lain sebelum memahaminya benar-benar, dan juga dalam tempat belajar jangan sampai berpindah kelain daerah kecuali karena terpaksa. Juga berhati sabar dalam menghadapi cobaan dan bencana. Ada dikatakan “Gudang simpanan cita, terletak pada banyaknya bencana.” E. Memilih Teman Tentang memilih teman, hendaklah memilih yang tekun, waro, bertabiat jujur serta mudah memahami masalah. Menyingkiri orang pemalas, penganggur, banyak bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah. Syiir dikatakan Jangan bertanya siapakah dia? Cukup kau tahu oh itu siapapun dia, mesti berwataq seperti temannya. Bila kawanya durhaka, singkirilah dia serta bagus budinya, rangkullah dia, berbahagia! Disyi’irkan buatku Jangan kau temani sipemalas, hindari segala halnya, banyak orang shaleh menjadi kandas, sebab rerusuh sandarannya Menjalar tolol kepada cendikia, amat cepat terlalu laksana api bara, ia padam di atas abu Ada dikatakan kata hikmah dalam bahasa persi Teman yang durhaka, lebih berbisa daripada ular yang bahaya Demi Allah Yang Maha Tinggi, Nan Maha Suci Teman buruk, membawamu ke neraka jahim Teman bagus, mengajakmu ke sorga na’im 4. MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU A. Mengagungkan ilmu Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya. B. Mengagungkan Guru Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.” Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah. Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya. Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya. C. Memulyakan Kitab Termasuk memulykan yang harus dilakukan, hendaknya jangan membentangkan kaki kearah kitab. Guru kita Burhanuddin pernah membawakan cerita dri seorang ulama yang mengtakan ada seoranag ahli fikih meletakan botol tinta di atas kitab. Ulama itu sraya berkata “Tidak bermanfaat ilmumu. Guru kita Qodli Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodli Khan pernah berkata “Kalau yang demikian itu tidak dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah. Namun lebih baiknya disingkiri saja.” Termasuk pula arti mengagungkan, hendak menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali terpaksa harus dibuat begitu. Abu hanifah pernah mengetahui seorang yang tidak jelas tulisannya, lalu ujarnya “Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kau kalau ada umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki.” Maksudnya, jika kau semakin tua dan matamua rabun, akan menyesali perbuatanmua sendiri itu. Sebaiknya pula jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum filsafat bukan ulama salaf. Lebih dari itu ada diantara guru-guru kita yang tidak suka memakai kendaraan yang berwarna merah. D. Menghormati Teman Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu. Malah sebaliknya di sini bercumbu rayu degnan guru dan teman sebangku pelajarannya. E. Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah Hendaknya penuntut ilmu memperhatikan segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu mengagungkan dan menghormati, sekalipun masalah yang itu-itu saja telah ia dengar seribu kali. Adalah dikatakan “Barang siapa yang telah mengagungkannya setelah lebih dari 1000 kali tidak sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk ahli ilmu.” F. Jangan Memilih Ilmu Sendiri Hendaklah sang murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan dipelajari. Hal itu dipersilahkan sang guru untuk menentukannya, karena dialah yang telah berkali-kali melakukan percobaan serta dia pula yang mengetahui ilmu yang sebaiknya diajarkan kepada seseorang dan sesuai dengan tabiatnya. G. Jangan Duduk Terlalu Dekat Dengan Guru Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila terpaksa. Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat mengagungkan sang guru. H. Menyingkiri Akhlak Tercela Pelajar selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk itu ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda “Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing”. Padahal orang belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap takabur dan sombong. Syai’ir dikatakan ilmu itu musuh bagi penyombong diri laksan air bah, musuh dataran tinggi Diraih keagungan dengan kesungguhan bukan semata dengan harta tumpukan bisakah agung didapat? Dengan harta tanpa semangat? Banyak sahaya, menduduki tingkat merdeka Banyak orang merdeka, menduduki tingkat sahaya 5. SUNGGUH-SUNGGUH, KONTINUITASDAN CITA-CITA LUHUR A. Kesungguhan Hati Selain itu semua, pelajar juga harus bersungguh hati dalam belajar serta kontinu terus-terusan. Seperti itu pula di tunjukkan firman Allah “Dan Orang-orang yang mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka kepada jalan-jalan Kami” Surat 29, Al-Ankabut 69. Ada dikatakan pula “siapa sungguh-sungguh dalam mencari sesuatu pastilah ketemu” “Brangsiapa mengetuk pintu bertubi-tubi, pasti dapat memasuki”. ada dikatakan lagi “Sejauhmana usahamu, sekian pula tercapai cita-citamu” Syi’ir gubahan Asy-Syafi’iy dikemukan kepadaku oleh Al Ustadz Sadiduddin Asy-Syairaziy Dengan kesungguhan, hal yng jauh jadi berada pintu terkuncipun jadi terbuka Titah Allah yang paling berhaq bilang sengsara, yang bercita tinggi namun hidupnya miskin papa Disini bukti kelestarian taqdir dan hukumNya, bila sipandai hidup sengsara, sedang sibodoh cukup berharta Tapi yang hidup akalny, tidak di beri harta dan benda, keduanya pada berpisah, satu disini satu disana Pelajar pula harus sanggup tidak tidur bermalam-malam sebagaimanakata penyair Seukur kesulitan, ukuran keluhuran, siapa ingin luhur, jangan tidur semalaman Kau ingin mulya, tapi tidur di malam hari,dengan menyelam laut, permata kan didapati Keluhuran derajat, dengan hikmah yang tinggi, keluhuran seseorang, dengan berjaga di malam hari Oh tuhan, kubuang tidurku di malam hari, demi ridhaMu Ya Maulal Mawali Siapa tanpa mau sengsara inginkan keluhuran, mengulur umur yang takkan kedapatan Tolonglah saya agar mendapat ilmu, sampaikan saya dikemulyaan sisiMu Jadikanlah malam, unta tunggangann buat kau dapat, yang kau citakan Ada dikatakan “Barang siapa tidak tidur dimalam hari, hatinya bahagia di siang hari.” B. kontinuitas dan mengulang pelajaran Tidak boleh tidak, pelajar harus dengan kontinyu sanggup dan mengulangi pelajaran yang telah lewat. Hal itu dilakukan pada awal waktu malam, akhir waktu malam. Sebab waktu diantara maghrib dan isya, demikian pula waktu sahur puasa adalah membawa berkah. C. Menyantuni Diri Jangan membuat dirinya sendiri bersusah payah, hingga jadi lemah dan tak mampu berbuat apa-apa. Ia harus selalu menyantuni dirinya sendiri. Kesantunan itu mendasari kesuksesan segala hal. Rasulullah saw. Bersabda “Ingatlah, bahwa islam itu agama yang kokoh. Santunilah dirimu dalam menunaikan tugas agama, jangan kau buat dirimu sengsara lantaran ibadahmu kepada Allah. Karena orang yang telah hilang kekuatannya itu, tiada bisa memutus bumi dan tiada pula kendaraan tunggangannya.” D. Cita-cita Luhur Pelajar harus luhur cita-citanya dalam berilmu. Manusia itu akan terbang dengan cita-citanya, sebagaimna halnya burung terbang dengan kedua sayapnya. Abuth-Thoyyib berucap Seberapa kadar ahli cita, si cita-cita kan didapati Seberapa kadar orang mulya, sikemulyaan kan di temui Barang kecil tampaknya besar, dimata orang bercita kecil Barang besar dimata oarang bercita besar, tampaknya kecil E. Usah sekuat Tenaga Hendaklah pelajar bersungguh-sungguh sampai terasa letih guna mencapai kesuksesan, dan tak kenal berhenti, dan dengan cara menghayati keutamaan ilmu. Ilmu itu kekal, sedang harta adalah fana, seperti apa yang dikemukakan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Kami rela, bagian Allah untuk kami Ilmu untuk kami, harta buat musuh kami Dalam waktu singkat, harta jadi musna Namun ilmu, abaditak akan sirna Ilmu yang bermanfaat akan menjunjung tinggi nama seseorang, tetap harum namanya walaupun ia sudah mati. Dan karena begitu, ia dikatakan selalu hidup abadi. Syaikhul Ajall Al-Hasan bin Ali Al-Marghibaniy membawakan syi’ir buat kami Kaum bodoh, telah mati sebelum mati Orang alim, tetap hidup walaupun mati Demikian pula Syaikhul Islam Burhanuddin Kebodohan membunuh si bodoh sebelum matinya Belum dikubur, badanya telah jadi pusara Orang hidup tanpa berilmu, hukumnya mati Bila bangkit kembali, tak kan bisa bangkit kembali Lain lagi Orang berilmu, hidup kekal setelah mati Ruas tubuhnya telah hancur lebur di timbun duli Orang bodoh, jalan di bumi, mati hukumnya Dikira hidup, nyatanya mati Dibawakan lagi untukku Fiqh itu ilmu termahal,engkaulah yang memungut Siapa belajar, tak kan habis hikmah di dapat Curahkan dirimu, mempelajari yang belum tahu Awal bahagia, akhirpun bahagia, itulah ilmu Bagi orang yang berakal, telah cukuplah merasa terpanggil Menuju kesuksesan berilmu oleh sebagaimana kelezatan-kelezatan ilmu, fiqh dan kebahagian yang timbul bila sedang faham terhadap suatu masalah. 6. PERMULAN BELAJAR UKURAN BELAJARDAN TATA TERTIBNYA A. Hari Mulai Belajar Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin memulai belajar tepat Pada hari rabu. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadist sebagai dasarnya, dan ujarnya Rasulullah saw bersabda ” tiada lain segala sesuatu yang di mulai pada hari rabu, kecuali akan menjadi sempurna.” Demikianlah, karena pada hari rabu itu Allah menciptakan cahaya, dan hari itu pula merupakan hari sial bagi orang kafir yang berarti bagi orang mukmin hari yang berkah. B. Panjang Pendeknya Pelajaran Mengenai ukuran seberapa panjang panjang yang baru dikaji, menurut keterangan Abu Hanifah adalah bahwa Syaikh Qadli Imam Umar bin Abu Bakar Az-Zanji berkata guru-guru kami berkata “sebaiknya bagi oarang yang mulai belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihapalkan dengan faham, setelah diajarkannya dua kali berulang. Kemudian untuk setiap hari, ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak dan panjang pun masih bisa menghapal dengan paham pula setelah diulanga dua kali. Demikianlah lambat laun setapak demi setapak. Apabila pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang sehingga para pelajar memerlukan diulanganya 10 kali, maka untuk seterusnya sampai yang terakhirpun begitu. Karena hal itu menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan kecuali dengan susah payah.” Ada dikatakan “pelajaran baru satu huruf, pengulangannya seribu kali.” C. Tingkat Pelajaran Yang Di Dahulukan Sebaiknya dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang dengan mudah telah bisa di fahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili berkata; “Menurut saya, yang benar dalam masalah ini adalah seperti yang telah dikemukakan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan kitab-kitab yang ringkas/kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah di fahami dan di hapal, serta tidak membosankan lagi pula banyak terperaktekan. D. Membuat Catatan Sebaiknya sang murid membuat catatan sendiri mengenai pelajaran-pelajaran yang sudah di fahami hafalannya, untuk kemudian sering diulang-ulang kembali. Karena dengan cara begitu, akan bermanfaat sekali. Jangan sampai menulis apa saja yang ia sendiri tidak tahu maksudnya, karena hal ini akan menumpulkan otak dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka. E. Usaha Memahami Pelajaran Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat dimengerti. Orang berkata “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun. F. Mudzakarah Munadharah Dan Mutharahah Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah forum saling mengingatkan, munadharah forum saling mengadu pandangan dan mutharahah diskusi. Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem dan penghayatan serta menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif. Apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan untuk sekedar mengobarkan perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. Yang diperbolehkan adalah dalam rangka mencari kebenaran. Bicara berbelit-belit dan membuat alasan itu tidak diperkenankan, selama musuh bicaranya tidak sekedar mencari kemenangan dan masih dalam mencari kebenaran. Bila kepada Muhammad bin Yahya diajukan suatu kemuskilan yang beliau sendiri belum menemukan pemecahannya, maka ia katakan “pertanyaan anda saya catat dahulu untuk kucari pemecahannya. Diatas orang berilmu, masih ada yang lebih banyak ilmunya.” Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada sekedar mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping berarti mengulang pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru. Ada dikatakan “Sesaat mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan. “Sudah tentu harus dilakukan dengan orang yang insaf dan bertabiat jujur. Awas jangan mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan semata, lagi pula bertabiat tidak jujur. Sebab tabiat itu suka merampas, akhlak mudah menjalar sedang perkumpulan pengaruhnya besar. G. Menggali Ilmu Pelajar hendaknya membiasakan diri sepanjang waktu untuk mengangan-angan dan memikirkan. Karena itu, orang berkata “angan-anganlah, pasti akan kau temukan.” Tidak bisa tidak, agar omongan tepat itu harus terlebih dahulu di angan-angan sebelum berbicara. Ucapan adalah laksana anak panah, dimana tepat pada sasaran bila dibidikan terlebih dahulu dengan mengangan-angan. Dalam Ushul Fiqh ada dikatakan bahwa mengangan-angan adalah dasar yang amat penting. Maksudnya, hendaklah ucapan ahli fiqh yang teliti itu terlebih dahulu harus diangan-angan. Ada diaktakan “Modal akal ialah ucapan yang tidak sembarangan serta diangan-angan terlebih dahulu.” Seluruh waktunya dan dalam situasi bagaimanapun, pelajar hendaknya mengambil pelajaran dari siapapun. Rasulullah saw bersabda “Hikmah itu barang hilangnya orang mukmin dimana asal ia temui supaya diambil juga.” Ada dikatakan “Ambillah yang jernih tinggalkanlah yang keruh.” Dikala kepada Abu Yusuf ditanyakan “Dengan apakah tuan memperoleh ilmu? beliau menjawab “Saya tidak merasa malu belajar dan tidak kikir mengajar”. Ada ditanyakan kepada Ibnu Abbas ra “dengan apakah tuan mendapat ilmu?” beliau menjawab “Dengan lisan banyak bertanya dan hati selalu berpikir.” H. Pembiayaan Untuk Ilmu Orang yang kebetulan sehat badan dan pikirannya, tiada lagi alasan baginya untuk tidak belajar dan tafaqquh sebab tidak ada lagi yang lebih melarat daripada Abu Yusuf, tapi toh tidak pernah melupakan pelajarannya. Apabila seseorang kebetulan kaya raya, alangkah bagusnya bila harta yang halal itu di miliki orang shaleh. Ada ditanyakan kepada seorang yang alim “dengan apa tuan mendapatkan ilmu?” lalu menjawabnya “Dengan ayahku yang kaya. Dengan kekayaan itu, beliau berbakti kepada ahli ilmu dan ahli keutamaan”. Perbuatan seperti ini, berarti mensyukuri nikmat akal dan ilmu, yang hal itu menyebabkan bertambahnya ilmu. I. Bersyukur Demikianlah, pelajar harus menyatakan syukurnya dengan lisan, hati, badan dan juga hartanya. Mengetahui/menyadari bahwa kefahaman, ilmu dan taufik itu semuanya datang dari hadirat Allah Swt. Memohon hidayahnya dengan berdo’a dan meronta, karena hanya Dialah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang memohon. J. Pengorbanan Harta Demi Ilmu Dengan harta yang dimiliki, hendaklah suka membeli kitab dan mengaji menulis jika diperlukan. Demikian itu akan lebih memudahkan belajar dan bertafaqquh. K. Pelaksanaan Pelajaran Keterampilan Nabi saw bersabda “Karena khawatir melarat, semua manusia telah jadi melarat’. Pelajar-pelajar dimasa dulu sebelum mempelajari ilmu agama, lebih dahulu belajar bekerja, agar dengan begitu tidak tama’ mengharap harta orang lain. Dalam kata hikmah disebutkan “Barangsiapa mencukupi diri dengan harta orang lain, berarti ia melarat.” Jika orang alim bersifat tama’, hilanglah nilai ilmunya dan ucapannya tidak bisa dibenarkan lagi. Karena itu, Rasulullah saw pembawa syareat berlindung diri dari sabdanya “Aku berlindung diri kepada Allah dari sifat tama’ yang membawa kepada tabiat jahat.” L. Lillahi Ta’ala Tumpuan harapan sang pelajar hanyalah kepada Allah, takutpun hanya kepadaNya. Sikap tersebut bisa di ukur dengan melampaui batas-batas agama atau tidak. M. Mengukur Kemampuan Diri Sendiri Hendaknya yang lebih efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran yaitu Pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali hari kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali dan hari sebelumnya lagi 1kali. N. Metoda Menghafal Suatu cara yang efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran yaitu Pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali, hari kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali, dan hari sebelumnya lagi satu kali. Hendaknya dalam mengulangi pelajarannya itu jangan pelan-pelan. Belajar lebih bagus bersuara kuat dengan penuh semangat. Namun jangan terlalu keras, dan jangan pula hingga menyusahkan dirinya yang menyebabkan tidak bisa belajar lagi. Segala sesuatu yang terbaik adalah yang cukupan. O. Panik Dan Bingung Seyogyanya pelajar tidak panik dan kebingungan, sebab itu semua adalah afat. Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin berkata “Sesungguhnya saya dapat melebihi teman-temanku adalah karana selama belajar tidak pernah merasa panik, kendor dan kacau”. 7. Sebuah Methode Belajar. Guru kami Syaikh Qadli Imam Fakhrul Islam Qadlikhan berkata Bagi pelajar Fiqh, agar selalu hafal di luar kepala sebuah kitab fiqh. Dengan begitu, akan lebih memudahkan dalam mnghafalkan ilmu fiqh yang baru yang di dengarkan. 8. MASA BELAJAR Ada dikatakan “Masa belajar itu sejak manusia berada di buaian hingga masuk keliang kubur. “Hasan bin Ziyad waktu sudah berumur 80 tahun baru mulai belajar fiqh, 40 tahun berjalan tidak pernah tidur di ranjangnya, lalu 40 tahun berikutnya menjadi mufti. Masa yang paling cemerlang untuk belajar adalah permulaan masa-masa jadi pemuda, waktu sahur berpuasa dan waktu di antara magrib dan isya. 9. KASIH SAYANG DAN NASEHAT A. Kasih Sayang Orang alim hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau memberi nasehat serta jangan berbuat dengki. Dengki itu tidak akan bermanfaat, justru membahayakan diri sendiri. Sebuah hikayat diketengahkan. Shadrul Ajall Burhanul Aimmah membagi waktu untuk mengajar kedua orang putra beliau, yaitu Hasamuddin dan Tajuddin pada waktu agak siang begini, minat kami telah berkurang lagi pula merasa bosan”, sang ayahpun menyahut’ “sesungguhnya orang-orang perantauan dan putra-putra pembesar itu pada berdatangan kemari dari berbagai penjuru bumi. Karena itu mereka harus kuajar terlebih dahulu.” Nah, atas berkah sang ayah dan kasih sayangnya itulah, dua orang putra beliau menjadi alim fiqh yang melebihi ahli-ahli lain yang hidup pada masa itu. B. Menghadapi Kedengkian Selain tersebut di atas, orang alim hendaknya tidak usah turut melibatkan diri dalam arena pertikaian dan peperangan pendapat dengan orang lain, karena hal itu hanya membuat waktu menjadi habis sia-sia. Ada dikatakan “Pengamal kebajikan akan dibalas karena kebajikannya, sedang pelaku kejelekan itu telah cukup akan memberatkan siksa dirinya.” Ada dikatakan “Barangsiapa yang ingin memutuskan batang hidung lawannya, maka bacalah syi’ir di bawah ini berulang kali” dibawakan syi’ir itu buatku Jikalau engkau, ingin musuhmu jadi terhina Terbunuh susah, terbakar derita Maka caranya capailah mulya, tambahlah ilmu Sebab orang dengki, tambah susahnya Bila yang didengki, tambah ilmunya Dibawakan untukku, syi’ir Syakhul Amid Abul Farhal-Basthiy Orang alim tak akan selamat dari si bodoh, Bila si bodoh melaliminya dan membuat kisruh damailah saja dengn si bodoh jangan kau serang, bila sibodoh mau cerewet, tetaplah tenang. 10. MENGAMBIL PELAJARAN A. Saat-saat Mengambil pelajaran Pelajar hendaknya menggunakan setiap kesempatan waktunya untuk belajar, terus-menerus sampai memperoleh keutamaan. Caranya dilakukan bisa dengan selalu menyediakan botol wadah tinta untuk mencatat segala hal-hal ilmiah yang didapatinya. Ada dikatakan Hapalan akan lari, tapi tulisan tetap berdiri” dikatakan lagi “Yang disebut ilmu yaitu segala apa yang didapat dari ucapan ahli ilmu, karena mereka telah menghafal hal-hal yang bagus dari hasil pendengarannya dan mengucapkan yang bagus itu dari hafalan tersebut” saya mendengar ucapan Syaikhul Ustadz Zainul Islam yang terkenal dengan gelar Adibul Mukhtar Hilal bin Yasar berkata “Kulihat Nabi saw. Mengemukakan sepatah ilmu dan hikmah kepada sahabat beliau, lalu usulku “Ya Rasulullah, ulangilah untukku apa yang telah tuan sampaikan kepada mereka” beliau bertanya kepadaku “apakah engkau bawa botol dawat?” jawabku “tidak” beliaupun lagi bersabda “Oh Hilal, janganlah engkau berpisah dari botol dawat, karena sampai hari kiamat kebagusan itu selalu disana dan pada yang membawanya”. B. Mengambil Pelajaran Dari Para Sesepuh Hendaknya pelajar bisa mengambil pelajaran dari para sesepuh dan mencecap ilmu mereka. Tidak setiap yang telah berlalu bisa didapatkan kembali. Ali ra berkata Jikalau kamu menghadapi suatu perkara, maka tekunilah ia; berpaling dari ilmu Allah itu cukup akan membuat hina dan menyesal; mohonlah perlindungan Allah di waktu siang dan malam agar tidak melakukan tersebut diatas. C. Prihatin Dan Rendah Di Mata Manusia Pelajar harus sanggup menanggung derita hidup yang terpandang rendah di mata manusia, selama menuntut ilmu, karena seorang murid itu harus bercumbu rayu dengan guru, temannya dan juga orang-orang lain untuk mengambil pelajaran dari mereka. Ada dikatakan ilmu itu mulya tak bercampur hina, dan tak didapati hanya lewat kehinaan tak bercampur kemulyaan” maksudnya didapat dengan penuh derita yang terpandang rendah dimata manusia. 11. WARO’ PADA MASA BELAJAR A. Waro’ Dalam masalah waro’, sebagian ulama meriwayatkan hadist dari Rasulullah saw. “Barang siapa tidak berbuat waro’ waktu belajarnya, maka Allah memberinya ujian dengan salah satu tiga perkara dimatikan masih berusia muda, ditempatkan pada perkampungan orang-orang bodoh atau dijadikan pengabdi sang pejabat”. Jikalau mau membuat waro’ maka ilmunya lebih bermanfaat, belajarpun mudah dengan banyak-banyak berfaedah. Termasuk berbuat waro’ adalah memelihara dirinya jangan sampai perutnya kenyang amat, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tak bermanfaat. Ada seorang zuhud ahli fiqh berwasiat kepada seorang murid Jagalah dirimu dari ghibah dan bergaul dan bergaul dengan orang yang banyak bicaranya. Lalu katanya lagi orang yang banyak bicara itu mencuri umurmu dan membuang sia-sia waktumu.” Termasuk waro lagi hendaknya menyingkiri kaum perusak, maksiat dan penganggur, sebab perkumpulan itu membawa pengaruh. Menghadap kiblat waktu belajar, bercerminkan diri dengan sunah Nabi, mohon dido’akan oleh para ulama ahli kebajikan dan jngan sampai terkena do’a tidak baiknya orang teraniaya kesemuanya itu termasuk waro’. B. Menghadap Qiblat Suatu hikayat. Ada dua orang pergi merantau untuk mencari ilmu. Merekapun belajar bersama-sama. Setelah berjalan bertahun-tahun, mereka kembali pulang. Ternyata satu alim, sedang satunya lagi tidak. Kemudian pernyataan ini menarik perhatian para ulama’ ahli fiqh daerah tersebut, lalu mereka bertanya kepada dua orang tadi, mengenai perbuatannya waktu sedang mengulang sendiri pelajarannya dan duduknya di waktu belajar. Atas hasil pertanyaan itu, mereka mengetahui bahwa orang alim tadi setiap mengulang pelajarannya selalu menghadap qiblat dan kota di mana ia mendapat ilmu. Tapi yang tidak alim, justru membelakanginya. Dengan demikian ahli fiqh dan para ulama sepakat bahwa orang yang menjadi alim tadi adalah atas berkahnya menghadap qiblat sebab itu dihukumi sunah, kecuali bila terpaksa. Dan berkah orang-orang muslimin disana, sebab kota tersebut tidak pernah kesepian dari orang-orang ibadah dan berbuat kebajikan. Yang jelas, untuk setiap malam pasti ada walaupun satu orang ahli ibadah yang mendo’akan kepadanya. C. Perbuatan Adab Dan Sunnah Pelajar hendaknya tidak mengabaikan perbuatan-perbuatan yang berstatus adab kesopanan, dan amal-amal kesunahan. Sebab siapa yang mengabaikan adab menjadi tertutup dari yang sunah, yang mengabaikan sunah tertutup dari fardlu, dan berarti tertutup dari kebahagiaan akhirat. Sebagian ulama’ berkata “Seperti hadist dari Rasulullah saw.” Hendaknya pula banyak-banyak melakukan shalat dengan khusu’ sebab dengan begitu akan lebih memudahkan mencapai kesuksesan belajar. Pelajar hendaknya selalu membawa buku untuk dipelajari. Ada dikatakan “Barangsiapa tak ada buku di sakunya, maka tak ada hikmah di hatinya.” Lalu buku itu hendaknya berwarna putih. Juga hendaknya membawa botol dawat, agar bisa mencatat segala pengetahuan yang di dengar. Sebagaimana di atas telah kami kemukakan Hadist riwayat Hilal bin Yasar. PENUTUP Dari bab pembahasan di atas, dapat kita lihat bahwa dari segi metode belajar yang dimuat Zarnuji dalam kitabnya itu meliputi dua kategori. Pertama, metode bersifat etik. Kedua, metode yang bersifat strategi. Metode yang bersifat etik antara lain mencakup niat dalam belajar; sedangkan metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar. Apabila dianalisa maka akan kelihatan dengan jelas Zarnuji mengutakan metode yang bersifat etik, karena dalam pembahasannya beliau cenderung mengutamakan masalah-masalah yang bernuansa pesan moral. RingkasanKitab Ta'lim Muta'alim Adabul Alim wal Muta'allim - Ust. Adi Hidayat, Lc., M.A Bismillah Terimakasih sudah Like dan Sub channel ini.. Jual Kitab Ta'Lim Muta'Alim Para ulama salaf menaruh perhatian yang sangat besar pada masalah adab dan akhlak.. Mereka memerintahkan murid-muridnya, untuk mempelajari adab Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Metode adalah proses yang sistematis serta terbayang untuk memenuhi sesuatu yang diinginkan. Sedangkan, Metodologi yaitu semua pendidik, pengajar, pelatih atau pembimbing wajib mempelajari ilmu ini dan mempraktekan alur pembelajaran kepada siswa, sehingga pendidik dapat mempelajari dan menerapkan metodologi pembelajaran. Belajar adalah cara untuk mencapai kapasitas ilmu, perubahan tingkah laku atau ulasan dari pengalaman. Tata tertib adalah peraturan yang wajib ditaati oleh masyarakat sekolah. Dalam kitab Ta'lim Muta'allim karya Imam al-Janurzi, terdapat beberapa metodologi belajar dan tata tertibnya, sebagai berikut waktu belajarTerdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin waktu tepat memulai belajar hari rabu. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadist sebagai dasarnya, dan mata pelajaranDalam menuntut ilmu kita wajib untuk memperhatikan ilmu yang ingin kita pelajari dan memilih ilmu yang paling baik serta cocok dengan diri kita, dari segi kebutuhan untuk kedepannya. Menurut kitab Ta'lim Muta'allim, ilmu tauhid adalah ilmu yang paling utama, sehingga kita dapat mengenal sifat-sifat Allah berlandaskan dalil asli, walaupun oleh ulama terdahulu menyatakan sah bahwa orang yang beriman taklid dinyatakan, namun tetap dosa, karena menampakkan serta tidak mencari dalil sebagai penguat beberapa cara dalam memilih mata pelajaran atau ilmu pada Kitab Ta'lim Muta'allim karya Syeikh Burhanuddin Az-Zarnuji, yaitu ketika memilih ilmu, sepatutnya mengutamakan ilmu yang hukum mempelajarinya Fardu 'Ain, di sebut ilmu hal ilmu mentauhidkan Allahh SWT, ilmu cara ibadah kepada Allah SWT dan ilmu Qolbu kelompok ilmu. Ketiga ilmu di atas dapat dikenal dengan Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Akhlak/Qalbu. Demikian itu, ilmu yang wajib didahulukan dan yang dimaksud dalam hadits Skala prioritas pelajaranDalam menentukan skala prioritas dapat ditentukan dengan melihat kualitas dan kuantitas pelajarnya, karena keduanya saling terikat. Proses pembelajaran yang berkualitas ada pada materi, metode yang inovatif, sarana prasarana, bantuan administrasi dan sumber daya lainnya supaya terciptanya keadaan belajar yang mendukung. Sedangkan kuantitas berhubungan dengan jumlah peserta didik. Sama dengan jika kamu menghasilkan sesuatu yang berkualitas maka harus di dukung dengan kuantitasnya, dan sebaliknya. Mengenai kualitas dan kuantitas pelajar terdapat sebuah ungkapan dalam Kitab Ta'lim Muta'allim, berikut pelajar"Sebaiknya dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang dengan mudah telah bisa di pahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili berkata; "Menurut pribadi yang benar dalam masalah adalah seperti yang telah diterangkan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan kitab-kitab yang ringkas atau kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah di pahami dan di hafal, serta tidak membosankan lagi pula banyak terpraktekan." pelajar"Mengenai ukuran berapa panjang yang baru saja dikaji, menurut keterangan Abu Hanifah adalah bahwasannya Syaikh Qadli Imam Umar bin Abu Bakar Az-Zanji berkata gur kami berkata "Sebaiknya bagi orang yang mulai belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihafalkan dengan paham, setelah diajarakan dua kali berulang. Kemudian untuk setiap hari, ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak panjang pun masih bisa menghafal dengan paham pula setelah di ulang dua kali. Demiakanlah lambat laun setapak demi setapak." catatanTerdapat ungkapan yang ada, "Sebaiknya seorang murid membuat catatan sendiri mengenai pelajaran yang sudah di pahami hafalannya, kemudian sering diulang-ulang kembali. Karena dengan cara begitu, akan bermanfaat sekali. Jangan sampai menulis apa saja yang ia sendiri tidak tahu maksudnya, karena hal ini akan menumpulkan otak dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka."Dengan demikian, membuat catatan memiliki banyak manfaat, yaitu mengasah daya ingat, mengembangkan otak, teratur, tepat waktu, dan mencapai kesuksesan merupakan wujud permohonan manusia pada setiap waktu atau cara manusia berinteraksi dengan Tuhan-Nya. Terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Hendaknya pula, dengan sungguh-sungguh memanjatkan do'a kepada Allah dan meratap serta meronta. Allah pasti mengabulkan do'a yang di mohonkan dan tidak mengabaikan orang yang mengharapkan. Sya'ir Imrak Al-Qadli Al-Khalil Asy-Syajarzi dibawakan kepada kami oleh guru kami Syaikh Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin Ismail As-Shaffar, sebagai berikutAbdilah Ilmu, bagaikan anda seorang abdiPelajari selalu, dengan berbuat sopan terpujiyang telah kau hafal, ulangi lagi berkali-kaliLalu tambatkan dengan temali kuat sekaliLalu catatlah, agar kau bisa mengulangi selamanya ku bisa mempelajariJikalau engkau, telah percaya tak kan lupaIlmu yang baru, sesudah itu masuki segeraMengulang-ulang, ilmu yang dulu, jangan terlalaiDan bersungguhan agar yang ini kan mereka, agar ilmumu hidup menjauh, dari siap berakal majuBila ilmu, kau sembunyikan jadi emmbekukamu akan kenal, jadi si tolol yang bodoh dunguApi neraka kan membelenggumu nanti kiamatSiksa yang pedihpun menimpamu munadharoh, dan mutharohahDalam kitab Ta'lim Muta'allim di jelaskan bahwa, sebagai pelajar kita wajib melakukan Mudzakaroh yiatu majelis saling mengingatkan, Munadharoh yaitu majelis saling mengadu pandangan, dan Mutharohah yaitu diskusi atau musyawarah. Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem, dan penghayatan serta menghilangkan hal yang beresiko Muhammad bin Yahya mengajukan suatu kegagalan, maka beliau sendiri belum menemukan pemecahannya, ia mengatakan "Pertanyaan anda saya catat dahulu untuk kucari pemecahaannya. Dikatakan "Sesaat mutharohah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan." Sudah tentu harus dilakukan dengan orang insaf dan bertabiat mudzakaroh bersama orang yang hanya mencari kemanangan dalam berbicara atau bertabiat tidak jujur, suka merampas, akhlak. Syi'ir yang diberikan oleh Khalil bin Ahmad, telah banyak membawa ilmuTerdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Pelajaran hendaknya membiasakan diri sepanjang waktu untuk mengangan-angan dan memikirkan. Melihat kenyataan tersebut, kita mengetahui bahwa menuntut ilmu dan fiqh dapat pula dilakukan bersama-sama dengan bekerja mencari uang. Abu Hafsh Al-Kabir sendiri bekerja sambil mengulang-ulang pelajarannnya sendiri. Dengan demikian, seorang pelajar harus mencarikan nafkah keluarga dan setengah tanggungannya, sekiranya ditengah-tengah keasyikan itu mempelajari sendiri pelajarannya dengan semangat dan segiat dalam belajarBiaya dalam belajar atau pembiayaan pendidikan merupakan materi yang relevan dan tidak dapat terhambat dalam pengelolaan proses pembelajaran di sekolah. Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Orang kaya jangan kikir, dan hendaklah mohon perlindungan kepada Allah agar tidak kikir. Nabi saw bersabda "Manakah penyakit yang lebih keras daripada kikir? Bapaknya Syaikhul Imam Agung Syamsul Aimmah Al-Halwaniy adalah seorang fakir penjual kue halwak. Bapak ini menghadiahkan beberapa biji tersebut kepada fuqaha, dan katanya "Kumohon tuan mendo'akan putraku." Demikianlah, sehingga atas berkah dermawan, I'tikad baik, suka rela dan merontanya itu, sang putra mendapat kesuksesan cita-citanya. Dengan harta yang dimiliki, hendaklah suka membeli kitab dan mengaji menulis jika diperlukan. Demikian itu akan lebih memudahkan belajar dan bertafaqquh. Muhammad Ibnul Hasan adalah seorang yang hartawan besar yang mempunyai 300 orang pegawai yang mengurusi kekayaannya, toh suka membelanjakan sekalian kekayaannya demi ilmu, sehingga pakaiannya sendiripun tiada yang bagus. Dalam pada itu, Abu Yusuf menghaturkan sepotong pakaian yang masih bagus untuknya, namun tidak berkenan menerimanya dan malah ujarnya Untukmulah harta dunia, dan untukku harta akherat saja. "Yang demikian itu sekalipun menerima hadiah sendiri hukumnya sunnah, barangkali memandangnya dapat mencemarkan dirinya. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda "Orang yang mencemarkan dirinya sendiri, tidaklah termasuk ke dalam golongan kaum muslimin." Suatu hikayat, bahwa fakrul Islam Al-Arsyabandiy makan kulit-kulit semangka yang dibuang orang, dimana ia kumpulkan sendiri dari tempat-tempat yang sepi. Pada suatu ketika ada seorang jariyah yang mengetahuinya, lalu melaporkan hal itu kepada tuannya. Maka setelah disediakan jamuan makan, Fakhrul Islam pun dimohon kehadirannya. Namun demi menjaga dirinya agar tidak tercemar, beliau tidak berkenan menghadiri jamuan ungkapan terimakasih atas perasaan damai, bahagia, aman, dan lain sebagainya. Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan "Demikianlah, pelajar harus menyatakan syukurnya dengan lisan, hati, badan dan juga hartanya. Memohon hidayahnya dengan berdo'a dan meronta, karena hanya Dialah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang Haq yaitu Ahli Sunah Wal Jama'ah selalu mencari kebenaran dari Allah yang maha benar, petunjuk, penerang yang memelihara, Maka Allah pun menganugerahi mereka hidayah dan membimbing dari jalan yang sesat. Lain halnya dengan ahli sesat, dimana ia membanggakan pendapat dan akal sendiri, mereka mencari kebenaran berdasar akal semata, yaitu suatu makhluk yang Saw bersabda "Barangsiapa mengetahui dirinya sendiri, maka dia mengetahui Tuhannya. "Artinya, siapa tahu kelemahan dirinya, maka akan tahulah kebesaran kekuasaan Allah. Karena orang itu jangan berpegang dengan diri dan akal sendiri, tapi haruslah bertawakal kepada Allah, dan kepadaNya pula ia mencari kebenaran. Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka akan dicukupinya dan di bimbing ke jalan yang lurus." dan Tama'Loba dan Tama' atau rakus sangat terkait dengan kesukaan orang terhadap harta. Kesukaan harta telah merancang orang menjadi sibuk tidak ada habisnya memburu dan menimbun harta, sehingga yang ada dalam benaknya hanyalah harta. Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan "Demikianlah, sehingga para pelajar jangan sampai tama' mengharapkan harta orang lain. Ia hendaknya memiliki Himmah yang luhur. Nabi saw bersabda "Hindarilah tama' karena dengan tama' berarti kemiskinan telah menjadi". Tapi tuan juga jangan kikir, sukalah membelanjakan hartanya untuk keperluan diri sendiri dan kepentingan orang lain." Ta'alaArti dari Lillahi Ta'ala adalah karena Allah Ta'ala disebut juga dengan ikhlas yaitu melakukan segala sesuatu hanya karena mengharapkan ridho siapa takut kepada makhluk lalu mendurhakai Allah, maka telah takut kepada selain Allah. tetapi sebaliknya jika ia telah takut kepada makhluk tetapi telah taat kepada Allah dan berjalan pada batas syareat, maka tidak akan bisa dianggap takut kepada selain Allah. Ia masih dinilai takut kepada Allah. Begitu pula dalam masalah harapan kemampuan diriKemampuan diri atau potensi diri yang dimiliki seseorang yang belum tercapai atau telah tercapai, namun belum terlihat secara maksimal Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Hendaknya yang lebih efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran menghafalMetode menghafal adalah suatu cara yang dipakai oleh para guru dengan mengajak para siswanya akan menghafalkan suatu kata atau Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Hendaknya yang lebih efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya This article focuses on Shaykh Az Zarnuji's book Ta'lim al-Muta'allim. Shaykh Az Zarmuji explained that learning is an obligation that has been prescribed by religion both through the Al-Quran and

Hakikat Ilmu, Hukum Menuntut Ilmu dan Keutamaan IlmuTidak memperoleh manfaat dari ilmu artinya ilmu yang didapat tidak dapat diamalkan dan disebarkan. Salah satu penyebabnya adalah keliru ketika menuntut ilmu. Ilmu yang paling utama adalah ilmu hal. Artinya ilmu yang diperlukan saat itu. Dan yang paling penting tentu adalah ilmu agama karena setiap orang islam mestilah tahu dengan kewajibannya sebagai seorang muslim. Semisal salat, zakat, haji dan lain-lain. Dikarenakan untuk bisa mengerjakan yang diwajibkan ilmu, maka menuntut ilmu itupun hukumnya menjadi wajib pula. Setiap orang muslim juga mesti menuntut ilmu hati seperti tawakal, tobat, takut kepada Alloh, dan ridho karena semua itu terjadi pada segala keadaan. Ilmu hanyalah dimiliki manusia. Makhluk selain manusia tidak memilikinya. Dengan ilmulah Nabi Adam as mendapat kemuliaan sehingga para malaikat disuruh untuk bersujud kepadanya. Jadi intinya ilmu itu sangatlah penting karena ia menjadi wasilah untuk bertakwa. Mendapatkan petunjuk dari Alloh, ya dengan menuntut ilmu agama. Karena kalau tidak dituntut ya tidak bakal dapat. Orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara lebih berat bagi setan menggoda ketimbang seribu ahli ibadah yang bodoh. Orang muslim juga mesti menuntut ilmu tentang akhlak yang tercela guna menghindarinya. Setiap muslim wajib mengisi seluruh waktunya dengan berzikir kepada Alloh, berdoa, memohon seraya merendahkan diri kepadaNya, membaca alquran dan bersedekah guna terhindar dari marabahaya. Tidaklah ilmu itu kecuali untuk diamalkan. Mengamalkan ilmu berarti meninggalkan dunia untuk kebahagiaan akhirat. Setiap muslim haruslah mempelajari ilmu yang bermanfaat dan menjauhi ilmu yang tidak berguna agar ilmunya tidak membahayakan dirinya. Niat Dalam Menuntut IlmuNiat menuntut ilmu haruslah ikhlas mengharap ridho Alloh, mencari kebahagiaan di akhirat, menghidupkan agama, menghilangkan kebodohan, dan melestarikan Islam. Orang yang tekun beribadah namun bodoh lebih besar bahayanya daripada orang alim tapi durhaka, keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat dan tidak layak dijadikan panutan. Jangan sampai dalam niat menuntut ilmu terbersit niat supaya dihormati masyarakat, untuk mendapatkan harta benda dunia, atau agar mendapat penghormatan di hadapan pejabat atau lainnya. Barang siapa yang menikmat lezatnya ilmu dan nikmatnya mengamalkannya. Maka ia tidak akan tertarik dengan harta milik orang lain. Boleh menuntut ilmu dengan tujuan untuk mendapatkan kedudukan di masyarakat yang dengannya digunakan dalam rangka amar makruf nahi munkar, menjalankan kebenaran dan menegakkan agama Alloh. Para ulama haruslah menghindari hal hal yang dapat merendahkan derajatnya. Ia harus tawadu tidak tamak terhadap harta dunia. Orang alim harus tetap berwibawa sekalipun tawadhu agar ilmu dan orang agama tidak dilecehkan. Cara Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Apa Itu KetekunanSeorang santri harus memilih ilmu yang paling baik dan yang paling cocok baginya. Dalam ilmu agama, ilmu tauhidlah yang harus diutamakan. Tinggalkan ilmu debat karena ia menjauhkan seseorang dari ilmu fikih, menyiakan umur, menimbulkan keresahan dan menimbulkan permusuhan. Carilah guru yang alim yang wara’ dan yang lebih tua dalam pengalaman. Seharusnya setiap orang bermusyawarah dengan orang alim dalam masalah menuntut ilmu dan segala urusan yang lain. Kesabaran dan ketabahan plus ketekunan adalah pokok dari segala urusan. Keberanian adalah kesabaran menghadapi kesulitan dan penderitaan. Seorang santri harus sabar dalam mengaji kepada seorang guru dan dalam satu pelajaran sampai ia benar-benar paham. Hal itu guna tidak menyebabkan waktunya sia-sia. Santri tidak boleh menuruti hawa nafsunya karena ia rendah nilainya. Barangsiapa yang kalah dengan hawa nafsu berarti ia telah kalah dari kehinaan. Santri harus tabah dengan ujian dan cobaan karena gudang ilmu itu diliputi dengan cobaan dan ujian. Ali bin abi Talib “ketahuilah kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk atau bimbingan dari guru dan waktu yang lama. Santri harus berteman dengan orang yang tekun belajar, besifat wara, dan berwatak isitiqomah juga orang orang yang suka memahami ayat ayat alquran dan hadis nabi. Jangan pilih teman yang malas, banyak bicara dan suka memfitnah. Bertemanlah dengan orang baik engkau pun akan mendapatkan petunjuk. Orang banyak rusak lantaran teman yang rusak. Malas adalah penyakit yang menular. Sebelum memilih seseorang untuk dijadikan teman, lihatlah terlebih dahulu siapa teman-temannya. Cara Menghormati Ilmu dan GuruTidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya bila tidak mau menghormati ilmu dan gurunya. Cara menghormati guru antara lain tidak berjalan di depan gurunya, tidak duduk di tempat yang diduduki gurunya, bila dihadapan gurunya tidak memulai pembicaraan kecuali ada izinnya. Janganlah terlalu banyak bicara di hadapan guru, tidak menanyainya dalam keadaan yang lelah atau bosan, perhatikan waktunya, tidak mengganggunya di rumahnya. Intinya santri haruslah mencari keridhoaan dari gurunya. Jangan menyakiti hati guru karena itu menyebabkan ilmu tidak dapat berkah. Cara menghormati guru adalah dengan menghormati kitab atau buku. Jangan memegang buku kecuali dalam keadaan suci. Ilmu itu adalah cahaya, sedangkan wudhu juga cahaya. Cahaya ilmu tidak akan bertambah kecuali dengan berwudhu. Menghormati buku juga dengan cara tidak meletakkan buku di dekat kakinya ketika bersila, meletakkan buku buku tafsir di atas buku-buku lain juga tidak meletakkan apa pun di atas buku. Kecuali kalau ia tidak berniat meremehkan. Tapi alangkah lebih baiknya bila tidak melakukannya. Perbaguslah tulisan di dalam buku. Jangan terlalu kecil sehingga sulit dibaca. Sebaiknya tidak menggunakan tinta warna merah dalam menulis, karena itu kebiasaan filosof dan bukan kebiasaan ulama salaf. Cara lain dalam menghormati ilmu adalah dengan menghormati teman belajar terutama orang yang mengajarnya. Hendaknya tetap mendengarkan ilmu dan hikmah dengan hormat sekalipun ia telah berkali kali mendengarnya. Sebaiknya santri tidak sembarangan memilih ilmu, tapi diserahkan kepada gurunya. Karena gurunya biasanya lebih tahu dengan yang terbaik bagi santrinya tersebut. Janganlah terlalu dekat duduk dengan gurunya. Santri harus meninggalkan akhlak yang tercela. Karena akhlak yang tercela diumpamakan binatang anjing yang samar. Ilmu adalah musuh bagi orang orang yang congkak. Kemuliaan itu datang bukan karena usaha, tapi dari pemberian karunia Alloh. Kesungguhan Dalam Menuntut Ilmu,Keistiqomahan dan Cita-cita yang TinggiSantri harus bersungguh sungguh dalam belajar. Harus tekun. Siapa yang berusaha keras niscaya ia mendapatkannya. Mencari ilmu tidak akan berhasil tanpa kerja keras dan usaha maksimal yang penuh kesengsaraan. Naiflah seseorang yang tidak mau berusaha secara optimal padahal ia mampu. Jangan terlalu banyak tidur malam hari. Orang yang ingin mendapatkan ilmu haruslah meninggalkan tidur malam. Sebaiknya malam digunakan dalam belajar dan ibadah. Biar tidak banyak tidur di malam hari, sebaiknya tidak banyak makan agar tidak ngantuk. Sebaiknya pelajaran diulang pada awal malam dan akhir malam karena saat saat tersebut diberkahi. Bersifatlah wara, kurangi tidur, kurangi makan dan tekunlah belajar. Sekedar kerja kerasmulah kamu akan diberi. Orang yang ingin sukses sebaiknya mengurangi tidur malam. Gunakanlah masa mudamu dalam menuntut ilmu karena ia tidak akan terulang lagi. Bersungguh sungguh bukan berarti memaksakan diri. Kita tidak boleh memaksakan diri melebih dari kemampuannya. Karena kalau dipaksakan bisa melemahkan badan dan tidak mampu bekerja lagi Tuntutlah ilmu itu pelan pelan saja tapi kontinyu. Intinya adalah kesabaran. Bercitalah setinggi-tingginya. Karena orang yang tinggi derajatnya lantaran pernah bercita tinggi. Modal pokok adalah kesungguhan. Semua bisa didapat dengan kesungguhan dan bercita luhur. Ingin pandai tapi tidak mau sungguh sungguh tidak dapatlah ilmu kecuali sedikit. Bersungguh sungguhi tap tidak tergesa-gesa. Kamu memang bodoh tapi itu bisa kamu usir dengan terus menerus belajar. Jauhilan sifat malas karena itu sumber keburukan dan kerusakan yang amat besar. Jangan suka menunda karena itu kebiasaan para pemalas. Dan sifat malas itu mendatangkan keburukan dan malapetaka. Tinggalkanlah malas dan menunda supaya tidak tetap dalam kehinaan. Tidak ada yang diberikan kepada pemalas kecuali penyesalan lantaran gagal meraih cita-cita. Penderitaan, kelemahan dan penyesalan bermula dari sifat malas. Malas belajar timbul karena kurang sadarnya perhatian terhadap keutamaan dan pentingnya ilmu. Ilmu akan kekal sedangkan harta benda akan sirna. Orang yang ilmunya bermanfaat akan tetap dikenang sekalipun ia telah meninggal. Lupa disebabkan banyak dahak. Banyak dahak lantaran banyak minum dan makan. Bersiwak dapat mengurangi dahak, menguatkan hapalan dan menyebabkan kefasihan. Perut yang penuh lantaran banyak makan mengurangi ketangkasan. Makan terlalu kenyang itu membahayakan. Orang yang banyak makan biasanya tidak disukai teman. Mulai Belajar, Ukuran dan dari hari rabu karena pada hari itu cahaya diciptakan. Para santri seharusnya memulai belajar dengan cara menghapal kitab lalu kemudian memahaminya. Setelah paham baru menambah sedikit demi sedikit. Setiap kitab atau buku sebaiknya diulang dua kali. Tapi kalau lebih tebal kalau bisa sampai sepuluh kali. Biasakanlah hal ini. Mulailah juga dari buku buku yang mudah dipaham karena ia tidak membosankan dan tidak melekat. Setelah menghapal dan memaham baru lakukanlah pencatatan. Jangan mencatat sebelum paham karena itu membuang buang waktu. Santri harus benar benar memahami apa yang dikatakan gurunya kemudian mengulang-ngulangnya hingga benar benar mengerti. Jangan biasakan tidak mau memahami apa yang disampaikan oleh pengajar, karena bisa menjadi kebiasaan sehingga ia tidak dapat memahami apa apa kecuali sedikit. Jangan lupa untuk berdoa ketika memahami pelajarannya. Setelah benar benar paham dan tidak khawatir akan lupa baru kemudian melangkah ke pelajaran selanjutnya. Cara mudah agar tidak lupa dengan pelajaran adalah dengan mengajarkannya kepada orang lain. Hal yang baik bila suatu masalah atau satu pendapat didiskusikan. Karena belajar dengan diskusi itu lebih efektif daripada belajar sendiri. Sebab dalam diskusi kita dituntut untuk lebih berpikir dan lebih maksimal. Jangan berdiskusi dengan orang yang buruk tabiatnya atau dengan orang yang tidak mencari kebenaran yang hanya ingin mempersulit orang. Santri haruslah membiasakan berpikir keras tentang pelajaran yang sukar dipahami, karena banyak dipaham lantaran dipikirkan. Jangan berbicara atau menyampaikan sesuatu sebelum berpikir agar tidak tersalah. Para santri harus terus menerus belajar kapan saja dan dari mana saja menambah pengetahuannya. Biasakanlah lisan dalam bertanya dan biasakanlah hati yang banyak berpikir. Pertanyaan yang bagus disampaikan adalah “bagaimana pendapatmu tentang masalah ini?” Sering seringlah bertukar pikiran dengan orang lain. Tidak masalah bila santri bekerja. Tapi tetaplah belajar dan jangan malas-malasan. Jangan ada alasan untuk tidak belajar. Jangan lupa untuk bersyukur mengucap hamdalah ketika paham dengan satu masalah, semoga ditambahkan oleh Alloh swt. Jauhilan sifat kikir/pelit. Belilah buku karena itu memudahkan dalam belajar dari orang lain. Jangan rakus dengan harta orang lain. Tinggalkanlah sifat tamak dengan harta orang lain dan sifat kikir dengan harta sendiri. Orang orang dulu belajar bekerja baru mencari ilmu pengetahuan agar mereka tidak tamak dengan harta orang lain. Berharaplah hanya kepada Alloh. Santri mengulang pelajaran sebaiknya konsisten. Semisal setiap harinya ia mengulang pelajaran hingga sepuluh kali. Maka lakukanlah sejumlah itu pula di hari hari berikutnya. Ingat! Pelajaran tidak akan melekat bila tidak diulang-ulang. Biasakanlah membaca dengan keras, tanda semangat supaya tidak bosan. Santri tidak boleh berputus asa karena itu berakibat buruk. Saran yang baik dalam bidang fikih adalah dengan menghapal satu kitab saja darinya dan itu akan memudahkan dalam mempelajari kitab kitab lainnya. TawakkalBertawakal lah kepada Alloh dalam masalah rezeki ketika menuntut ilmu. Tidak perlu mencemaskannya. Karena ada hadis nabi yang mengatakan orang yang memperdalam ilmu agama niscaya akan Alloh cukupkan dan Ia beri rezeki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka. Orang yang sibuk dengan perkara rezeki dalam hal makanan dan pakaian, biasanya tidak gubris lagi dengan akhlak mulia dan hal hal yang tinggi lainnya. Manshur al hallaj berkata sibukanlah nafsumu, karena bila tidak ialah yang akan membuatmu sibuk. Orang yang berakal tidaklah boleh cemas dengan urusan dunia. Tidak memikirkan rezeki bukan berati tidak bekerja loh. Para penuntut ilmu sebaiknya menjauhi urusan duniawi sebisanya. Santri harus sabar dan tabah selama menuntut ilmu. Karena memang fitrahnya bahwa pergi menuntut ilmu berarti harus berhadapan dengan kesengsaraan. Orang yang tabah selama di dalam menuntut ilmu akan mendapatkan manis dan lezatnya ilmu. Waktu-Waktu Baik Buat BelajarJanganlah menyibukkan diri kecuali dalam menuntut ilmu. Para ulama bahkan ada yang pernah tidak nyenyak selama empat puluh tahun. Masa muda harus digunakan untuk menuntut ilmu sebaik-baiknya. Waktu yang paling baik untuk belajar adalah menjelang waktu subuh dan antara maghrib dan isya. Santri harus mempergunakan seluruh waktunya hanya untuk belajar. Andai jika timbul rasa jemu pada sebuah pelajaran hendaknya beralih kepada pelajaran yang lain. Saling Mengasihi dan MenasehatiOrang berilmu harus saling menghormati dan menyayangi sesama dan tidak iri dengki. Anak seorang alim menjadi alim pula berkat ia mengajar anak anak orang lain terlebih dahulu daripada anaknya sendiri. Jangan suka berdebat karena hal itu menyiakan waktu. Biarkanlah orang yang berlaku jahat padamu, cukuplah apa yang ia lakukan menjadi balasan kejahatannya. Bila kau ingin musuhmu mati karena sedih hati atau bertambah gelisah, maka tambahlah ilmumu sehingga ia akan semakin bertambah menderita batin. Kamu harus sibuk melakukan kebaikan dan hindarilah permusuhan. Karena bila kebaikan semakin tampak pada dirimu, keganasan musuh pun akan lenyap. Karena permusuhan hanya akan membuatmu terpojok dan membuang waktumu. Hindarilah permusuhan terlebih kepada orang yang bodoh. Jangan suka berprasangka buruk dengan orang lain karena itu sumber permusuhan. Jika perbuatan seseorang buruk berarti dugaannya pun buruk. Tambahlah kebaikan kepada orang lain sekalipun ia berbuat buruk kepadamu. Karena kelak kamu akan terlindung dari tipu dayanya dan dia akan tertimpa apa yang telah ia lakukan. Jika kamu ditipu orang jangan balas dengan menipunya. Biasanya bagi orang pandai itu ada musuh dari orang orang bodoh yang sengaja mempersulitnya. Orang orang bodoh tadi memang ingin menzaliminya saja tapi sebaiknya ia tidak menghiraukannya dan membalasnya. Mencari Tambahan Ilmu PengetahuanSantri harus menambah ilmu setiap harinya agar mendapat kemuliaan. Jangan lupa untuk membawa buku dan alat tulis guna menulis ilmu yang bermanfaat yang ia temukan. Menghapal sebaik-baik yang didengarkan. Mengatakan sebaik-baik yang dihapal. Hapalah pelajaran sedikit demi sedikit setiap harinya. Karena sesuatu yang banyak dimulai dari yang sedikit. Malam itu terlalu panjang jangan kamu habiskan untuk tidur. Siang hari itu terang benderang jangan kau redupkan dengan dosa dosamu. Santri harus memanfaatkan benar waktu selama bersama ulama. Gunakan untuk menimba pengetahuan dari mereka. Karena kalau sampai ia telah berlalu maka kesempatan itu tidak akan datang lagi. Kehinaan dan kerugian akibat dari tidak menghiraukan ilmu Alloh pada ulama. Maka berlindunglah kepada Alloh siang dan malam. Para penuntut ilmu itu harus tahan menanggung penderitaan dan kehinaan ketika menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu tidak bisa dipisahkan dari guru dan teman teman belajar. Kamu tidak akan memperoleh kemuliaan selama kamu tidak menghinakan dirimu sendiri dengan menuntut ilmu yang penuh penderitaan. Waro’Bersikaplah waro menjaga dari hal hal yang tidak jelas halalnya. Rosululloh bersabda “Barangsiapa yang tidak berlaku wara ketika belajar ilmu maka dia akan diuji oleh Alloh dengan salah satu dari tiga hal; mati muda, tinggal bersama-sama orang yang bodoh atau diuji menjadi pelayan pemerintah. Termasuk sifat wara adalah menghindari rasa kenyang perut, banyak tidur, dan banyak bicara yang tidak berguna. Jangan suka makan makanan di pasar karena ia kurang berkahnya lantaran orang miskin menginginkannya namun tidak bisa membelinya. Para ulama salaf diberi keluasan ilmu berkah dari bersikap wara. Jauhilah menggunjing dan berkumpul dengan orang yang banyak bicara. Orang yang banyak bicara telah mencuri umurmu dan membuang waktumu. Termasuk sifat wara lagi adalah menyingkir dari orang yang suka berbuat kerusakan dan maksiat, dari orang yang suka menganggur. Karena kita bisa terpengaruh. Hadaplah kiblat ketika belajar. Jangan pernah meremehkan hal-hal adab sopan santun dan hal hal yang disunnahkan. Orang yang terbiasa meremehkan akhlak bisa meremehkan hal-hal yang sunnah dan itu bisa membawa kepada meremehkan hal-hal yang wajib. Sedangkan meremehkan ibadah wajib tentu terhalang dari perkara-perkara akhirat. Seorang santri harus memperbanyak salat dan khusyuk di dalamnya. Karena itu membantu memperoleh ilmu dan dalam belajar. Jagalah perintah dan larangan Alloh, kerjakanlah salat, tuntutlah ilmu agama, dan giatlah dalam memohon pertolongan melalui amalan yang baik, niscaya kamu akan menjadi ahli ilmu agama. Bawalah buku kemana saja untuk dipelajari. Dan catatlah apa yang kau dengar dari gurumu. Hal-Hal yang Dapat Menguatkan Hapalan dan yang MelemahkannyaHal-hal yang dapat menguatkan hapalan antara lain tekun belajar, mengurangi makan, salat malam, dan membaca Alquran. Membaca Alquran yang baik adalah dengan melihat mushaf. Perbanyaklah sholawat kepada Nabi Muhammad saw. Kuat hapalan adalah karunia dari Alloh, dan karunia Alloh tidak akan diberikan kepada orang yang maksiyat. Hal-hal yang dapat merusak hapalan antara lain banyak berbuat maksiat, banyak dosa, banyak berpikir susah, terlalu memikirkan harta, dan terlalu banyak kerja. Orang yang cemas dengan urusan dunia biasanya karena hatinya gelap. Dan orang yang senantiasa memikirkan urusan akhirat hatinya bercahaya. Dan itu terlihat dari salatnya. Sholat dengan khusyuk dan menyibukkan diri dengan mencari ilmu dapat menghilangkan penderitaan dan kesusahan. Hal-Hal yang Dapat Mempermudah Datangnya Rezeki dan yang MenghambatnyaHanya doa yang bisa menolak takdir. Terhalang rezeki lantaran dosa yang dikerjakannya. Terlebih dosa dari dusta karena dusta dapat menyebabkan kefakiran. Tidur di pagi hari bisa menyebabkan fakir harta juga fakir ilmu. Termasuk rugi bila malam dibiarkan lewat begitu saja tanpa guna, karena malam juga termasuk dari umur yang dijatah. Hal-hal lain yang dapat menghalangi rezeki ialah tidur dengan telanjang, kencing telanjang, makan dalam keadaan junub, tidur di atas lambung, membiarkan makanan yang terjatuh, membakar kulit bawang merah dan bawang putih, menyapu rumah dengan sapu tangan, menyapu rumah pada malam hari, membiarkan sampah di dalam rumah, berjalan di muka orangtua, memanggil orangtua dengan nama keduanya, membersihkan gigi dengan sembarang kayu, membersihkan tangan dengan debu, duduk di muka pintu, bersandar di daun pintu, berwudu di tempar beristirahat, menambal baju yang sedang dikenakan, membersihkan badan dengan baju, membiarkan sarang laba-laba di dalam rumah, meremehkan salat. Hal-hal yang bisa menyebabkan kefakiran antara lain tergesa keluar dari masjid ba’da subuh, terlalu pagi pergi ke pasar dan pulang paling akhir, membeli roti dari pengemis, mendoakan dengan doa yang buruk untuk anak, tidak menutup wadah, meniup lampu, menulis dengan pulpen yang diikat, menyisir rambut dengan sisir yang patah, tidak mau mendoakan orangtua, mengenakan surban dengan duduk, mengenakan celana dengan berdiri, kikir dan pelit, terlalu hemat, menunda atau meremehkan segala urusan. Rosululloh Saw bersabda “Memohonlah kalian turunnya rezeki dengan bersedekah”. Adapun hal-hal yang bisa mendatangkan rezeki antara lain bangun pagi sekali, menulis dengan tulisan yang indah, bermuka ceria, dan berbicara dengan perkataan yang baik. Hal lainnya mencuci pakaian, menyapu halaman, sholat dengan khusyuk, sholat dhuha, membaca surah waqiah, almulk, allail, muzammil, alam nasyrah, di waktu malam, datang ke masjid sebelum azan dikumandangkan, mendawamkan wudhu, salat sunah fajar dan witir di rumah, dll. Jangan membicarakan hal-hal duniawi setelah salat witir. Jangan banyak bergaul dengan perempuan, terkecuali ada hajat. Jangan membicarakan hal hal yang tidak bermanfaat. Siapa yang mengerjakan hal tidak berguna berarti ia telah kehilangan hal yang berguna. sayyidina Ali bin Abi Thalib kwh berkata siapa yang sempurna akalnya niscaya sedikit bicaranya. Berbicara itu hiasan sedangkan diam itu keselamatan. Jangan banyak berbicara, bicaralah seperlunya saja. Memang mungkin kita akan menyesal bila diam tapi itu tidak seberapa dengan menyesal karena bicara. Salah satu amalan murah rezeki adalah bacaan “subhanalloh al azhim subhanalloh wa bihamdih astagfirulloh wa atubu ilaih”; سبحان الله العظيم سبحان الله Ùˆ بحمده استغفرالله Ùˆ اتوب اليه dibaca setelah terbit fajar hingga menjelang sholat subuh. “La ilaha illalloh al malikul haqqul mubin” لا اله الا الله الملك الحق المبين sebanyak seratus kali dibaca setiap pagi dan sore. Setiap fajar dan sehabis salat bacalah “Alhamdulillah wa subhanalloh wa la ilaha illalloh” sebanyak 33 kali. الحمد لله Ùˆ سبحان الله Ùˆ لا اله الا الله Perbanyaklah membaca sholawat. Perbanyaklah membaca “la haula wala quwwata illa billah al aliyil azhim” لا حول ولا قوة الا بالله العالي العظيم Bacalah doa “Ya Alloh cukupkanlah aku dengan yang halal dari yang haram, dan cukupkanlah pula aku dengan karunia-Mu dari menghajatkan kepada selain-MU”. Dibaca sebanyak tujuh puluh kali. Pujian-pujian sebagai berikut “antalloh al aziz al alhakim antalloh ala malikull quddus antalloh alhalimul karim”.

Lbxs8b.
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/423
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/479
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/11
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/45
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/559
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/313
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/587
  • yzz6pyqgc8.pages.dev/531
  • rangkuman kitab ta lim muta alim